PENYAKIT KUSTA DITINJAU DARI ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT, ALKITAB
DAN ETIKA KRISTEN
OLEH :
STEVY ERDIATRI NATALIA PURBA
G1B010013
DAN ETIKA KRISTEN
OLEH :
STEVY ERDIATRI NATALIA PURBA
G1B010013
BAB
V
Analisa
tentang Penyakit Kusta
5.1
Ringkasan dari Ilmu
Kesehatan Masyarakat
Penyakit kusta disebabkan
oleh kuman yang dinamakan sebagai microbakterium, dimana microbacterium ini
adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah
diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau
alcohol, karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak
membentuk safrifit, terdapat juga golongan organism patogen (misalnya
Microbacterium tubercolose, mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit
menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion.
Pengobatan kepada penderita
kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan
mata rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat
sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin
cepatlah kuman kusta mati. Jadi
dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat
yang lembab.
Ada beberapa obat yang
dapat menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kita tidak dapat menyembuhkan
kasus-kasus kusta kecuali masyarakat mengetahui ada obat penyembuh kusta, dan
mereka datang ke Puskesmas untuk diobati. Dengan demikian penting sekali agar
petugas kusta memberikan penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi
penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan berisikan pengajaran
bahwa :
1. Ada obat yang dapat
menyembuhkan penyakit kusta
2. Sekurang-kurangnya 80 %
dari semua orang tidak mungkin terkena kusta
3. Enam dari tujuh kasus kusta
tidaklah menular pada orang lain
4. Kasus-kasus menular tidak
akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara teratur
5. Diagnosa dan pengobatan
dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik
Dan dengan megetahui penyebab,
penyebaran penyakit, dan pengobatannya maka tidaklah perlu timbul lepraphobia.
Hal ini dapat dilihat dengan penting peranan penyuluhan kesehatan kepada
penderita dan keluarga serta masyarakat dimana dengan penyuluhan ini diharapkan
penderita dapat berobat secara teratur, dan tidak perlu dijauhi oleh keluarga
malahan keluarga sebagai pendukung proses penyembuhan serta masyarakat tidak
perlu mempunyai rasa takut yang berlebihan. Penderita kusta sebagai manusia
yang juga mendapat perlakuan secara manusia, jadi keluarga dan masyarakat tidak
perlu mendorong untuk mengasingkan penderita kusta tersebut.
5.2
Ringkasan dari Alkitab
dan Iman Kristen
Penderita Kusta dalam Alkitab, baik
Perjanjian Lama dan Baru, "kusta" sebenarnya bukan penyakit
kusta yang dikenal ilmu kedokteran sekarang, yaitu yang disebabkan oleh bakteri
mycobacterium leprae, melainkan.
semacam penyakit kulit akibat jamur yang membuat kulit melepuh merah.
Penyakit kulit ini menyeramkan dan
membuat penderita dijauhi orang. Mereka juga tak diizinkan mengikuti ibadat
karena dalam keadaan itu mereka dianggap tidak cukup bersih untuk masuk ke
tempat suci.
Menurut hukum adat dan agama Yahudi
dulu, meski sudah sembuh, orang kusta baru akan diterima kembali ke dalam
masyarakat dan boleh ikut perayaan suci setelah dinyatakan sembuh dalam upacara
yang hanya dapat dilakukan para imam.
Hanya imamlah yang berhak
menyatakan "najis" (kotor karena kusta) atau "tahir"
(bersih, sembuh dari kusta). Peraturan ini termaktub dalam bagian Taurat, yakni
Im 14:2-32. Tujuannya tentunya menjaga kebersihan kurban. Tetapi pelaksanaan
hukum itu kemudian menjadi soal. Menjelang zaman Perjanjian Baru, semua upacara
keagamaan yang penting semakin dipusatkan di Bait Allah di Yerusalem.
Penegasan sudah tahir atau masih
kotor praktis kemudian hanya dilakukan di Bait Allah pada kesempatan terbatas
walaupun tidak ada larangan melakukannya di tempat lain. Alhasil orang kusta
yang sudah sembuh sekalipun sulit sekali mendapat pernyataan sudah bersih
kembali. Orang itu akan benar-benar terkucil dan tidak memiliki tempat mengadu
lagi.
Dengan latar belakang seperti ini
Yesus itu memang menjadi harapan satu-satunya. Tak heran orang tadi datang
kepadanya, berlutut, lalu mengatakan kalau engkau mau, engkau dapat mentahirkan
diriku.
Orang itu memohon dua hal. Pertama,
kesembuhan dari kusta, dan kedua, tidak kalah pentingnya, ia mohon agar Yesus
mau menyatakan ia sudah tahir kembali. Baginya, Yesus inilah yang dapat
memenuhi peraturan dalam Taurat karena kelembagaan yang didukung imam-imam
tidak lagi mendukung. Inilah sudut pandang orang kusta tadi.
5.3 Ringkasan dari ETIKA
KRISTEN
Sains mendefinisikan
etika sebagai, “serangkaian prinsip moral, kajian mengenai moralitas.” Karena
itu Etika Kristen adalah prinsip-prinsip yang disarikan dari iman Kristen yang
menjadi dasar tindakan kita. Walaupun Firman Tuhan mungkin tidak menyinggung
dan membicarakan seluruh situasi yang mungkin kita hadapi dalam kehidupan kita,
prinsip-prinsipnya memberi kita standar yang harus kita ikuti dalam
situasi-situasi di mana tidak ada instruksi yang eksplisit. Misalnya, Alkitab
tidak berbicara secara eksplisit mengenai penggunaan obat-obat terlarang, namun
berdasarkan prinsip-prinsip yang kita pelajari melalui Alkitab kita tahu bahwa
itu salah.
Secara fisik,
penyakit kusta menyebabkan kulit dan beberapa dari organ-organ tubuh dapat
terlepas dengan luka-luka tertentu. Secara
emosional, mereka menderita dengan kondisi tubuh yang cacat dan tampak
mengerikan. Secara sosial,
orang-orang berpenyakit kusta selalu dijauhi dan disingkirkan dalam pergaulan.
Bahkan mereka juga harus dipisahkan dari keluarga dan tempat tinggalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar