PENYAKIT KUSTA DITINJAU DARI ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT, ALKITAB
DAN ETIKA KRISTEN
OLEH :
STEVY ERDIATRI NATALIA PURBA
G1B010013
1.2
Masalah-masalah yang
ditimbul akibat Penyakit Kusta
Seseorang yang merasakan dirinya menderita penyakit kusta akan mengalami
trauma psikis. Sebagai akibat dari trauma psikis ini, si penderita antara lain
sebagai berikut :
a.
Dengan segera mencari pertolongan pengobatan.
b. Mengulur-ulur waktu karena
ketidaktahuan atau malu bahwa ia atau keluarganya
menderita
penyakit kusta.
c. Menyembunyikan
(mengasingkan) diri dari masyarakat sekelilingnya, termasuk keluarganya.
d. Oleh karena berbagai
masalah, pada akhirnya si penderita bersifat masa bodoh terhadap penyakitnya.
Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas timbullah berbagai masalah
antara lain:
1.
Masalah terhadap diri penderita kusta
Pada umumnya penderita
kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin, takut terhadap penyakitnya dan
terjadinya kecacatan, takut mengahadapi keluarga dan masyarakat karena sikap
penerimaan mereka yang kurang wajar. Segan berobat karena malu, apatis, karena
kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagi orang lain (jadi pengemis,
gelandangan dsb).
2.
Masalah Terhadap Keluarga.
Keluarga menjadi panik,
berubah mencari pertolongan termasuk dukun dan pengobatan tradisional, keluarga
merasa takut diasingkan oleh masyarat disekitarnya, berusaha menyembunyikan
penderita agar tidak diketahui masyarakat disekitarnya, dan mengasingkan
penderita dari keluarga karena takut ketularan.
3.
Masalah Terhadap Masyarakat
Pada umumnya masyarakat
mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan dan agama, sehingga pendapat
tentang kusta merupakan penyakit yang sangat menular, tidak dapat diobati,
penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan. Sebagai
akibat kurangnya pengetahuan/informasi tentang penyakit kusta, maka penderita
sulit untuk diterima di tengah-terigah masyarakat, masyarakat menjauhi keluarga
dari perideita, merasa takut dan menyingkirkannya. Masyarakat mendorong agar
penderita dan keluarganya diasingkan.
1.3
Penanggulangan Penyakit
Kusta
Penanggulangan penyakit
kusta telah banyak diderigar dimana-mana dengan maksud mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang
berguna, mandiri,produktif dan percaya diri.
Metode penanggulangan ini
terdiri dari :
a.
Metode pemberantasan dan pengobatan.
b.
Metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi
medis, rehabilitasi social, rehabilitasi karya.
c.
Metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari rehabilitasi, dimana penderita
dan masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok tersendiri.
Ketiga metode tersebut
merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
BAB
III
Penyakit
Kulit ditinjau dari Alkitab dan Iman Kristen
1.1 Penyakit
Kusta, menurut Alkitab
Menurut kamus Alkitab, Kusta adalah Penyakit kulit yang dapat membawa maut.
Para penderita penyakit kusta diasingkan dari masyarakat. Pentahiran mereka
oleh Yesus adalah tanda bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat
(Matius
10 : 7 – 8,
hal.11 PB).
(Matius 10 : 7 – 8)
“Pergilah
dan beritakanlah : Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit ;
bangkitkanlah orang mati ; tahirkanlah orang kusta ; usirlah setan-setan. Kamu
telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan
cuma-cuma.”
Kusta atau kulit yang bersisik-sisik.
Orang yang berpenyakit kusta, penyakit itu ada pada kulitnya yang penuh dengan
sisik-sisik putih licin, mengkilap dan apabila ditekan, daging disekitarnya
tidak terasa sakit lagi. Penyakit ini tak terobatkan. Dikalangan orang Ibrani
penyakit ini dianggap najis dan berbahaya, karena dapat menular. Sebab itu
harus diasingkan dari masyarakat, karena merupakan symbol
dari dosa (Kel
13 dan Kel
14, hal. 71-74 PL ; Luk
18:12-19, hal.98 PB).
Penyakit yang kita kenal sekarang
sebagai lepra dengan pemborokannya dan kelumpuhannya, tidaklah sama dengan
penyakit kusta dalam Alkitab, yang lebih merupakan penyakit kulit yang mungkin
disebabkan oleh gangguan emosi {seperti
pada Naaman (2Raj.
5, hal.405 PL)}. Orang-orang kusta dalam Alkitab disiksa oleh
bintil-bintil kehijau-hijauan atau kemerah-merahan (Im.
13:49, hal.122 PL).
Penyakit ini dinyatakan menular, maka
orang yang berpenyakit kusta ini dikucilkan dari masyarakat. Apabila ia sembuh,
harus diadakan upacara pentahiran oleh seorang imam (Im.
14:2-20, hal.122-123 PL; Luk.
1:44, hal.68 PB).
Yesus menyembuhkan berbagai orang kusta
dan Yesus mengunjungi Simon, seorang kusta di Betania (Luk.
14:3, hal.92 PB), yang mungkin adalah suatu perkampungan orang kusta
pada waktu itu.
1.1.1
Di dalam Perjanjian Lama (PL), juga dipakai
untuk cacat maupun cendawan pada dinding rumah (Im
14:33-53). Orang yang menderita kusta itu dalam sakit (Im
13:1-59) maupun penyembuhannya (Im
14:1-32) harus ditentukan oleh imam. Orang yang sudah ditentukan
menderita kusta lalu dinyatakan najis dan harus dibuang dari tengah masyarakat
orang-orang sehat (Im
13:45-46).
Mereka yang
dinyatakan kusta dalam PL :
a.
Musa (Kel
4:6, hal.61 PL)
“Lagi firman TUHAN kepadanya : ‘Masukkanlah tanganmu ke dalam
bajumu.’ Dimasukkannya tangannya ke dalam bajunya, dan setelah ditariknya
keluar, maka tangannya kena kusta putih seperti salju.”
b.
Miryam (Bil
12:9-10, hal.160 PL)
“Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia.
Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta,
putih seperti salju ; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya,
bahwa dia kena kusta!”
“Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan
tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia TUHAN telah memberikan kemenangan
kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara, sakit kusta.”
d.
Azarya (2Raj
15:5 dst, hal.418-419 PL)
“Maka TUHAN menimpakan tulah kepada raja, sehingga ia sakit kusta
sampai hari kematiannya, dan tinggal dalam sebuah rumah pengasingan. Dan Yotam,
anak raja, mengepalai istana dan menjalankan pemerintahan atas rakyat negeri
itu.”
1.1.2
Di dalam Perjanjian Baru
(PB), di sini juga kelihatan adanya penetapan kesembuhannya oleh imam. Bila kesembuhan itu benar seketika itu
imam memberitakan ketetapan kebersihan kulitnya. Yesus menyembuhkan banyak
orang kusta dengan menumpangkan tanganNya atau dari kejauhan. (Markus
1:40-45, hal.42 PB) dan (Luk
17:11-19, hal.97 PB).
Markus 1
: 40 – 45
“1:40
Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan
sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau
Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." 1:41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu
Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku
mau, jadilah engkau tahir." 1:42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang
itu, dan ia menjadi tahir. 1:43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan
peringatan keras: 1:44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan
apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu
kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang
diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." 1:45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu
dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan
masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang
terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.”
Lukas 17
: 11 – 19
“17:11
Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur
perbatasan Samaria dan Galilea. 17:12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh
orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh 17:13 dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah
kami!" 17:14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata:
"Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara
mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. 17:15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah
sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, 17:16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap
syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. 17:17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang
tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? 17:18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk
memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" 17:19 Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah
dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar