Selasa, 01 Oktober 2013

Makalah Agama Kristen (Bab II b - III a)

PENYAKIT KUSTA DITINJAU DARI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT, ALKITAB 
DAN ETIKA KRISTEN

OLEH : 
STEVY ERDIATRI NATALIA PURBA
G1B010013

1.2                              Masalah-masalah yang ditimbul akibat Penyakit Kusta
Seseorang yang merasakan dirinya menderita penyakit kusta akan mengalami trauma psikis. Sebagai akibat dari trauma psikis ini, si penderita antara lain sebagai berikut :
a.       Dengan segera mencari pertolongan pengobatan.
b.      Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau malu bahwa ia atau keluarganya menderita penyakit kusta.
c.       Menyembunyikan (mengasingkan) diri dari masyarakat sekelilingnya, termasuk keluarganya.
d.      Oleh karena berbagai masalah, pada akhirnya si penderita bersifat masa bodoh terhadap penyakitnya.

Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas timbullah berbagai masalah antara lain:
1.    Masalah terhadap diri penderita kusta
Pada umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin, takut terhadap penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar. Segan berobat karena malu, apatis, karena kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagi orang lain (jadi pengemis, gelandangan dsb).

2.    Masalah Terhadap Keluarga.
Keluarga menjadi panik, berubah mencari pertolongan termasuk dukun dan pengobatan tradisional, keluarga merasa takut diasingkan oleh masyarat disekitarnya, berusaha menyembunyikan penderita agar tidak diketahui masyarakat disekitarnya, dan mengasingkan penderita dari keluarga karena takut ketularan.

3.    Masalah Terhadap Masyarakat
Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan dan agama, sehingga pendapat tentang kusta merupakan penyakit yang sangat menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan. Sebagai akibat kurangnya pengetahuan/informasi tentang penyakit kusta, maka penderita sulit untuk diterima di tengah-terigah masyarakat, masyarakat menjauhi keluarga dari perideita, merasa takut dan menyingkirkannya. Masyarakat mendorong agar penderita dan keluarganya diasingkan.

1.3                              Penanggulangan Penyakit Kusta
Penanggulangan penyakit kusta telah banyak diderigar dimana-mana dengan maksud mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang berguna, mandiri,produktif dan percaya diri.
Metode penanggulangan ini terdiri dari :
a.       Metode pemberantasan dan pengobatan.
b.      Metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi social, rehabilitasi karya.
c.       Metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok tersendiri.
Ketiga metode tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
 
BAB III
Penyakit Kulit ditinjau dari Alkitab dan Iman Kristen

1.1  Penyakit Kusta, menurut Alkitab
Menurut kamus Alkitab, Kusta adalah Penyakit kulit yang dapat membawa maut. Para penderita penyakit kusta diasingkan dari masyarakat. Pentahiran mereka oleh Yesus adalah tanda bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat (Matius 10 : 7 – 8, hal.11 PB).
(Matius 10 : 7 – 8)
“Pergilah dan beritakanlah : Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit ; bangkitkanlah orang mati ; tahirkanlah orang kusta ; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.”

Kusta atau kulit yang bersisik-sisik. Orang yang berpenyakit kusta, penyakit itu ada pada kulitnya yang penuh dengan sisik-sisik putih licin, mengkilap dan apabila ditekan, daging disekitarnya tidak terasa sakit lagi. Penyakit ini tak terobatkan. Dikalangan orang Ibrani penyakit ini dianggap najis dan berbahaya, karena dapat menular. Sebab itu harus diasingkan dari masyarakat, karena merupakan symbol dari dosa (Kel 13 dan Kel 14, hal. 71-74 PL ; Luk 18:12-19, hal.98 PB).
Penyakit yang kita kenal sekarang sebagai lepra dengan pemborokannya dan kelumpuhannya, tidaklah sama dengan penyakit kusta dalam Alkitab, yang lebih merupakan penyakit kulit yang mungkin disebabkan oleh gangguan emosi {seperti pada Naaman (2Raj. 5, hal.405 PL)}. Orang-orang kusta dalam Alkitab disiksa oleh bintil-bintil kehijau-hijauan atau kemerah-merahan (Im. 13:49, hal.122 PL).
Penyakit ini dinyatakan menular, maka orang yang berpenyakit kusta ini dikucilkan dari masyarakat. Apabila ia sembuh, harus diadakan upacara pentahiran oleh seorang imam (Im. 14:2-20, hal.122-123 PL; Luk. 1:44, hal.68 PB).
Yesus menyembuhkan berbagai orang kusta dan Yesus mengunjungi Simon, seorang kusta di Betania (Luk. 14:3, hal.92 PB), yang mungkin adalah suatu perkampungan orang kusta pada waktu itu.

1.1.1         Di dalam Perjanjian Lama (PL), juga dipakai untuk cacat maupun cendawan pada dinding rumah (Im 14:33-53). Orang yang menderita kusta itu dalam sakit (Im 13:1-59) maupun penyembuhannya (Im 14:1-32) harus ditentukan oleh imam. Orang yang sudah ditentukan menderita kusta lalu dinyatakan najis dan harus dibuang dari tengah masyarakat orang-orang sehat (Im 13:45-46).



 

Mereka yang dinyatakan kusta dalam PL :
a.       Musa (Kel 4:6, hal.61 PL)
“Lagi firman TUHAN kepadanya : ‘Masukkanlah tanganmu ke dalam bajumu.’ Dimasukkannya tangannya ke dalam bajunya, dan setelah ditariknya keluar, maka tangannya kena kusta putih seperti salju.”

b.      Miryam (Bil 12:9-10, hal.160 PL)
“Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia. Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju ; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta!”

c.       Naaman (2Raj 5:1 dst, hal.405-406 PL)
“Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia TUHAN telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara, sakit kusta.”

d.      Azarya (2Raj 15:5 dst, hal.418-419 PL)
“Maka TUHAN menimpakan tulah kepada raja, sehingga ia sakit kusta sampai hari kematiannya, dan tinggal dalam sebuah rumah pengasingan. Dan Yotam, anak raja, mengepalai istana dan menjalankan pemerintahan atas rakyat negeri itu.”




 

1.1.2        Di dalam Perjanjian Baru (PB), di sini juga kelihatan adanya penetapan kesembuhannya oleh imam. Bila kesembuhan itu benar seketika itu imam memberitakan ketetapan kebersihan kulitnya. Yesus menyembuhkan banyak orang kusta dengan menumpangkan tanganNya atau dari kejauhan. (Markus 1:40-45, hal.42 PB) dan (Luk 17:11-19, hal.97 PB).
Markus 1 : 40 – 45
1:40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." 1:41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." 1:42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. 1:43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: 1:44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." 1:45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.

Lukas 17 : 11 – 19
17:11 Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. 17:12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh 17:13 dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" 17:14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. 17:15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, 17:16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. 17:17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? 17:18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" 17:19 Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar