PENYAKIT KUSTA DITINJAU DARI ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT, ALKITAB
DAN ETIKA KRISTEN
OLEH :
STEVY ERDIATRI NATALIA PURBA
G1B010013
BAB
II
Penyakit Kusta ditinjau dari Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan Sains
2.1
Pendahuluan
Penyakit kusta adalah salah satu
penyakit menular yang dapat menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah
yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial,
ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional.
Penyakit kusta pada umumnya sering
dijumpai di negara-negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan
kemampuan negara dalam pemberian pelayanan kesehatan yang baik dan memadai
kepada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat,
keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih
kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan
cacat yang ditimbulkannya.
Kuman kusta biasanya menyerang
saraf tepi kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini merupakan penyakit
menular yang sifatnya kronis dan dapat menimbulkan masalah yang kompleks.
Penyebab penyakit kusta ialah suatu kuman yang disebut Mycobaterium leprae. Sumber penularan penyakit ini adalah penderita
kusta multi basilet (MB) atau kusta basah.
Di Indonesia penderita kusta
terdapat hampir diseluruh daerah dengan penyebaran yang tidak merata. Suatu
kenyataan, di Indonesia bagian Timur terdapat angka kesakitan kusta yang lebih
tinggi. Penderita kusta 90% tinggal diantara keluarga mereka dan hanya beberapa
persen saja yang tinggal dirumah sakit kusta, koloni penampungan atau
perkampungan kusta.
Prevalensi kusta di Indonesia
cenderung menurun dari tahun ke tahun. Tahun 1986 ditemukan 7,6 per 10.000
penduduk menjadi 5,9 per 10.000 penduduk. Pada tahun 1994 terjadi lagi
penurunan menjadi 2,2 per 10.000 penduduk dan menjadi 1,39 per 10.000 penduduk pada
tahun 1997.Penurunan prevalensi penyakit kusta ini karena kemajuan di bidang
teknologi promotif, pencegahan, pengobatan serta pemulihan kesehatan di bidang
penyakit kusta.
(Drh. Hiswani Mkes, 2001)
Dengan dapat diatasinya penyakit
kusta ini seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Namun,
sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
perlu di perhatikan oleh pihak yang terkait. Mengingat kompleksnya masalah
penyakit kusta, maka di perlukan program penanggulangan secara terpadu dan
menyeluruh dalam hal ; pemberantasan, rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial
ekonomi dan permasyarakatan dari bekas penderita kusta.
Suatu kenyataan bahwa sebagian
besar penderita kusta adalah dari golongan ekonomi lemah. Perkembangan penyakit
pada diri penderita bila tidak ditangani secara cermat dapat menimbulkan cacat
dan keadaan ini menjadi halangan bagi penderita kusta dalam kehidupan
bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi mereka, juga tidak dapat
berperan serta dalam pembangunan bangsa dan negara.
2.2
Gambaran Umum Penyakit
Kusta
2.2.1
Definisi
Istilah kusta berasal dari
bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan
gejala-gejala kulit secara
umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai
dengan nama yang menemukan
kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada
tahun 1874 sehingga
penyakit ini disebut Morbus Hansen (dr. Zulkifli, M.Si,2003).
2.2.2
Sejarah
Pendapat kusta adalah
penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh
kuman kusta (Mycobacterium
Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan
tubuh lainnya. Penyakit ini
sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks.
Masalah yang dimaksud bukan
hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah
sosial, ekonomi, budaya,
keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukan
penyakit keturunan atau
kutukan Tuhan.
2.2.3
Penyebaran Penyakit Kusta
Penyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang kemudian
menyebar keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk ini disebabkan karena
perang, penjajahan, perdagangan antar benua dan pulau-pulau. Berdasarkan
pemeriksaan kerangka-kerangka manusia di Skandinavia diketahui bahwa penderita
kusta ini dirawat di Leprosaria secara isolasi ketat. Penyakit ini masuk ke
Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V yang diduga dibawa oleh orang-orang
India yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agamanya dan berdagang.
2.2.4
Penyebab Penyakit Kusta
Penyakit kusta disebabkan
oleh kuman yang dinamakan sebagai microbakterium, dimana microbacterium ini
adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah
diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau
alcohol, karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak
membentuk safrifit, terdapat juga golongan organism patogen (misalnya
Microbacterium tubercolose, mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit
menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion.
2.2.5
Epidemiologi Penyakit
Kusta
Cara-cara penularan
penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui
hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir
hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta terjadi
karena :
a.
Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari
sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24
jam.
b.
Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah
harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun
makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
Secara Klinis, ternyata
kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakan faktor yang penting.
Karena banyak hal-hal yang tidak dapat di terangkan mengenai penularan ini
sesuai dengan hukum-hukum penularan seperti halnya penyakit-penyakit terinfeksi
lainnya.
Menurut Cocrane (1959),
terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta secara kontak kulit dengan
kasus-kasus lepra terbuka.
Menurut Ress (1975) dapat
ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya
tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Mocrobakterillm Leprae dan
daya tahan tubuh penderita.
Disamping itu faktor-faktor
yang berperan dalam penularan ini adalah :
-
Usia :
Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa
-
Jenis kelamin :
Laki-laki lebih banyak dijangkiti
-
Ras :
Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti
-
Kesadaran sosial :Umumnya
negara-negara endemis kusta adalah Negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah.
-
Lingkungan :
Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat.
2.2.6
Tanda-tanda Penyakit
Kusta
Tanda-tanda penyakit kusta
bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya
akan disajikan tanda-tanda secara umum, agar dikenal oleh masyarakat awam,
yaitu:
1. Adanya bercak tipis seperti
panu pada badan/tubuh manusia
2. Pada bercak putih ini
awalnya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak.
3. Adanya pelebaran syaraf
terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus serta peroneus.
Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
4. Adanya bintil-bintil
kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit
5. Alis rambut rontok
6. Muka berbenjol-benjol dan
tegang yang disebut facies leomina (muka singa)
Gejala-gejala umum pada lepra (kusta) yaitu dengan reaksi :
1. Panas dari derajat yang
rendah sampai dengan menggigil
2. Anoreksia.
3. Nausea, kadang-kadang
disertai vomitus.
4. Cephalgia.
5. Kadang-kadang disertai
iritasi, Orchitis dan Pleuritis.
6. Kadang-kadang disertai
dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatospleenomegali.
7. Neuritis.
2.2.7
Diagnosa Penyakit Kusta
Menyatakan (mendiagnosa
seseorang menderita penyakit kusta menimbulkan berbagai masalah baik bagi penderita, keluarga atapun masyarakat
disekitarnya). Bila ada
keraguan-raguan sedikit saja pada diagnosa, penderita harus berada dibawah pengamatan hingga timbul
gejala-gejala yang jelas, yang mendukung
bahwa penyakit itu benar-benar kusta. Diagnosa kusta dan kelasifikasi
harus dilihat secara menyeluruh
dari segi :
1.
Klinis
2.
Bakteriologis
3.
Immunologis
4.
Hispatologis
Namun untuk diagnosa kusta
di lapangan cukup dengan ananese dan pemeriksaan klinis. Bila ada keraguan dan
fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan bakteriologis.
Kerokan dengan pisau
skalpel dari kulit, selaput lendir hidung bawah atau dari biopsi kuping
telinga, dibuat sediaan mikrokopis pada gelas alas dan diwarnai dengan teknis
Ziehl Neelsen. Biopsi kulit atau saraf yang menebal memberikan gambaran
histologis yang khas. Tes-tes serologik bukan treponema untuk sifilis sering
menghasilkan positif palsu pada lepra.
2.2.8
Bentuk-bentuk Penyakit
Kusta
Penyakit kusta terdapat
dalam bermacam-macam bentuk, yakni :
a.
Bentuk leproma
(Multi Basiler-MB), mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada
tubuh. Untuk ini menular karena
kelainan kulitnya mengandung banyak kuman.
b.
Bentuk tuber
koloid (Pausi Basiler-PB), mempunyai kelainan pada jaringan syaraf, yang
mengakibatkan cacat pada tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan
kulitnya mengandung sedikit kuman.
Diantara bentuk leproma dan
tuber koloid ada bentuk peralihan yang bersifat tidak stabil dan mudah berubah-ubah.
2.2.9
Pengobatan Penyakit Kusta
Pengobatan penyakit kusta
dilakukan dengan Dapson sejak tahun 1952 di Indonesia, memperhatikan hasil yang cukup memuaskan, hanya saja
pengobatan mono terapi ini
sering mengakibatkan timbul masalah resistensi.
Hal ini disebabkan oleh
karena :
1. Dosis rendah pengobatan
yang tidak teratur dan terputus akibat dari lepra reaksi
2. Waktu makan obat sangat
lama sehingga membosankan, akibatnya penderita makan obat tidak teratur
Selain penggunaan Dapson
(DDS), pengobatan penderita kusta dapat
menggunakan Lamprine (B663), Rifanficin, Prednison, Sulfat Feros dan
vitamin A (untuk menyehatkan
kulit yarlg bersisik). Setelah
penderita menyelesaikan pengobatan MDT sesuai dengan peraturan maka ia akan menyatakan RFT (Relasif
From Treatment), yang berarti tidak perlu lagi makan obat MDT dan dianggap sudah sembuh. Sebelum penderita dinyatakan RFT,
petugas kesehatan harus :
1.
Mengisi dan menggambarkan dengan jelas pada
lembaran tambahan RFT secara teliti.
- Semua bercak masih nampak.
- Kulit yang hilang atau
kurang rasa terutama ditelapak kaki dan tangan.
- Semua syaraf yang masih
tebal.
- Semua cacat yang masih ada.
2.
Mengambil skin semar (sesudah skin semarnya diambil
maka penderita langsung dinyatakan
RFT tidak perlu menunggu hasil skin semar).
3.
Mencatat data tingkat cacat dan hasil pemeriksaan
skin semar dibuku register.
Pada waktu menyatakan RFT
kepada penderita, petugas harus memberi
penjelasan tentang arti dan maksud RFT, yaitu :
1.
Pengobatan telah selesai.
2.
Penderita harus memelihara tangan dan kaki dengan
baik agar janga sampai luka.
3.
Bila ada tanda-tanda baru, penderita harus segera
datang untuk periksaan ulang.
2.2.10 Pencegahan
Penularan Penyakit Kusta
Hingga saat ini tidak ada
vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih
besar kemungkinan menimbulkan
penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat
dihancurkan, sehingga penularan
dapat dicegah. Disini letak salah satu peranan penyuluhan kesehatan kepada penderita untuk menganjurkan
kepada penderita untuk berobat secara teratur.
Pengobatan kepada penderita
kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan
mata rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat
sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin
cepatlah kuman kusta mati. Jadi
dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat
yang lembab.
Ada beberapa obat yang
dapat menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kita tidak dapat menyembuhkan
kasus-kasus kusta kecuali masyarakat mengetahui ada obat penyembuh kusta, dan
mereka datang ke Puskesmas untuk diobati. Dengan demikian penting sekali agar
petugas kusta memberikan penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi
penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan berisikan pengajaran
bahwa :
a. Ada obat yang dapat
menyembuhkan penyakit kusta
b. Sekurang-kurangnya 80 %
dari semua orang tidak mungkin terkena kusta
c. Enam dari tujuh kasus kusta
tidaklah menular pada orang lain
d. Kasus-kasus menular tidak
akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara teratur
e. Diagnosa dan pengobatan
dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik
1.2
Masalah-masalah yang
ditimbul akibat Penyakit Kusta
Seseorang yang merasakan dirinya menderita penyakit kusta akan mengalami
trauma psikis. Sebagai akibat dari trauma psikis ini, si penderita antara lain
sebagai berikut :
a.
Dengan segera mencari pertolongan pengobatan.
b. Mengulur-ulur waktu karena
ketidaktahuan atau malu bahwa ia atau keluarganya
menderita
penyakit kusta.
c. Menyembunyikan
(mengasingkan) diri dari masyarakat sekelilingnya, termasuk keluarganya.
d. Oleh karena berbagai
masalah, pada akhirnya si penderita bersifat masa bodoh terhadap penyakitnya.
Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas timbullah berbagai masalah
antara lain:
1.
Masalah terhadap diri penderita kusta
Pada umumnya penderita
kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin, takut terhadap penyakitnya dan
terjadinya kecacatan, takut mengahadapi keluarga dan masyarakat karena sikap
penerimaan mereka yang kurang wajar. Segan berobat karena malu, apatis, karena
kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagi orang lain (jadi pengemis,
gelandangan dsb).
2.
Masalah Terhadap Keluarga.
Keluarga menjadi panik,
berubah mencari pertolongan termasuk dukun dan pengobatan tradisional, keluarga
merasa takut diasingkan oleh masyarat disekitarnya, berusaha menyembunyikan
penderita agar tidak diketahui masyarakat disekitarnya, dan mengasingkan
penderita dari keluarga karena takut ketularan.
3.
Masalah Terhadap Masyarakat
Pada umumnya masyarakat
mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan dan agama, sehingga pendapat
tentang kusta merupakan penyakit yang sangat menular, tidak dapat diobati,
penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan. Sebagai
akibat kurangnya pengetahuan/informasi tentang penyakit kusta, maka penderita
sulit untuk diterima di tengah-terigah masyarakat, masyarakat menjauhi keluarga
dari perideita, merasa takut dan menyingkirkannya. Masyarakat mendorong agar
penderita dan keluarganya diasingkan.
1.3 Penanggulangan Penyakit
Kusta
Penanggulangan penyakit
kusta telah banyak diderigar dimana-mana dengan maksud mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang
berguna, mandiri,produktif dan percaya diri.
Metode penanggulangan ini
terdiri dari :
a.
Metode pemberantasan dan pengobatan.
b.
Metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi
medis, rehabilitasi social, rehabilitasi karya.
c.
Metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari rehabilitasi, dimana penderita
dan masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok tersendiri.
Ketiga metode tersebut
merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar