LAPORAN HASIL
STUDI LAPANGAN
DI BADAN PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM (BP2GAKI), MAGELANG
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Terstruktur
Mata Kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat
Semester IV Tahun Akademik 2012
Oleh :
Stevy E.N Purba
G1B010013
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN
ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menghambat peningkatan mutu sumber
daya manusia Indonesia adalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Upaya
pencegahan dan penanggulangan GAKI, yaitu dengan memberikan unsur yodium telah
lama dilakukan oleh pemerintah. Yodium merupakan mikronutrien penting untuk
pembentukan hormon tiroid. Kekurangan yodium memang agak berbeda masalahnya
dengan zat gizi lain, karena permasalahan yang timbul biasanya terjadi pada
lingkungan miskin yodium. Faktor kandungan yodium lahan suatu tempat sangat
penting, karena akan menentukan kandungan yodium pada air dan bahan makanan
yang tumbuh di tempat tersebut. Suatu wilayah menjadi kekurangan yodium
disebabkan lapisan humus tanah sebagai tempat menetapnya yodium sudah tidak
ada, karena akibat erosi tanah secara terus menerus atau akibat pembakaran
hutan yang mengakibatkan yodium dalam tanah hilang (Djokomoeljanto, 2002).
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKI) merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara di dunia,
baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun negara maju. Terlebih
lagi dinegara dengan wilayah yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan.
Akibat yang ditimbulkan oleh masalah ini bukan hanya dari segi kosmetik yang
ditunjukan dengan benjolan yang membesar (gondok) tetapi lebih jauh lagi
berdampak pada kualitas SDM seperti IQ yang rendah,produktivitas yang rendah,
bisu, tuli, kretin, cebol, bahkan terlahir cacat baik fisik maupun mental.
Masalah GAKI adalah sekumpulan gejala
yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus menerus
dalam jangka waktu lama dan mempunyai dampak negatif terhadap manusia sejak
masih dalam kandungan, setelah lahir
sampai dewasa. Indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur besarnya
masalah GAKI di masyarakat adalah dengan mengukur prevalensi pembesaran kelenjar
gondok pada anak sekolah (DepKes RI, 1997).
Di Indonesia masalah GAKI masih menjadi
persoalan kesehatan masyarakat yang serius mengingat: Pertama, dampaknya sangat
besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia; Kedua,
luasnya cakupan penduduk yang menderita dan wilayahnya hampir merata di seluruh
Indonesia; Ketiga, penanggulangan GAKI yang dilakukan yaitu konsumsi garam
beryodium yang cakupannya (Gizi Depkes, 2012).
Program penanggulangan GAKI sudah
berlangsung lama namun masih selalu ditemukan daerah endemik baru dan masih
munculnya kretin baru. Berdasarkan hasil pemetaan GAKI tahun 2003, prevarensi
TGR anak sekolah dasar sebesar 11,3%. Disisi lain, proporsi anak SD dengan
kadar Ekskresi Yodium Urine (EYU) <100 ug/L adalah 16.3% sudah jauh
melampaui target harapan yaitu 50%, bahkan 35,4% anak SD mempunyai kadar
EYU>300 ug/l sehingga berisiko hipertiroid. Ini menunjukkan masalah GAKI
masih memerlukan perhatian khusus, untuk itu keberadaan lembaga BP2 GAKI sangat
diperlukan. BP2 GAKI Magelang adalah Unit Pelaksanaan Teknis dari Badan
Litbangkes yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
575/MENKES/SK/IV/2000 yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor: 1351/MENKES/PER/IX/2005 tanggal 14 September 2005, dan
terakhir dirubah kembali dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 2350/MENKES/PER/XI/2011 tanggal 22 November 2011 merupakan lembaga
dengan kegiatan utama melakukan penelitian dan pengembangan untuk menunjang
upaya penanggulangan masalah GAKI (BP2GAKI, 2012).
Salah satu dampak yang disebabkan
karena kekurangan yodium adalah keterbelangan mental atau sindrom down.Sindrom Down merupakan salah satu kelainan kromosom dengan
insiden 0,3 – 3,4 dalam 1000 kelahiran pada beberapa bagian di dunia (Wahab,
2006) dan merupakan penyebab umum dari 25-30%
retardasi mental di dunia (Wright, 2007). John
Langdon Down, seorang keturunan Inggris yang pertama kali menemukan gambaran
klinik dari Sindrom Down, menyatakan bahwa sindrom ini merupakan akibat dari
kelainan kromosom. Lejeune dkk mengkonfirmasi adanya trisomi 21 pada Sindrom
Down (Gersen, 2005). Berdasarkan studi sitogenetik menunjukkan bahwa 94% dari
kasus Sindrom Down adalah trisomi yang disebabkan oleh nondisjunction, 3,5%
disebabkan oleh translokasi dan 2,5% adalah kasus mosaic (Tarek, 2005).
Nondisjunction sering terjadi pada kelahiran bayi dari ibu dengan usia 35 tahun
keatas, namun translokasi biasanya terjadi pada ibu dengan usia muda. Risiko
mempunyai anak dengan Sindrom Down pada usia ibu 30 adalah 1:1000 kelahiran,
sementara untuk usia 40 adalah 9:1000. Kenaikan usia ibu saat konsepsi sangat
menentukan terhadap risiko terjadinya kelainan kromosom pada Sindrom Down
(Ellard, 2005).
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang GAKI dan berbagai aspek yang berhubungan dengan
GAKI pada saat praktikum Gizi Kesehatan Masyarakat di BP2GAKI.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui pengertian
tentang GAKI berserta aspek yang mempengaruhi.
b.
Mengetahui pengertian
tentang Down Syndrom dan aspek-aspek yang mempengaruhi.
c.
Mengetahui hubungan
antara GAKI dengan Down Syndrom.
C.
Manfaat
1.
Bagi Peneliti
Menambah
pengetahuan dan pemahaman peneliti tentang GAKI, agar peneliti bisa
menyebarluarkan informasi yang didapat kepada masyarakat disekitarnya.
2.
Bagi Mahasiswa
Menambah informasi
baru bagi mahasiswa lain melalui hasil laporan praktikum ini tentang
perkembangan GAKI di Indonesia, sehingga mahasiswa lain bisa ikut
berpartisipasi untuk mengurangi prevalensi GAKI di masyarakat.
3.
Bagi Jurusan Kesehatan
Masyarakat
Memberikan tambahan referensi yang terkait dengan Gizi
Kesehatan Masyarakat serta memperkaya
pustaka Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK UNSOED mengenai GAKI.
4.
Bagi Institusi BP2GAKI
Memberikan
tambahan referensi informasi tentang GAKI bagi peneliti-peneliti lain yang
berkunjung ke BP2GAKI sehingga bisa memudahkan peneliti-peneliti lain dalam
melakukan observasi.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
1.
Definisi GAKI
Gangguan
akibat kekurangan yodium adalah sekumpulan gajala yang dapat ditimbulkan karena
tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus-menerus dalam waktu cukup
lama. (DepKes RI, 2000). Selain itu, menurut Supariasa (2001), Gangguan akibat
kekurangan yodium adalah rangkaian kekurangan yodium pada tumbuh kembang
manusia, Sprektum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin
endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran,
gangguan pada anak dan dewasa, sering dengan kadar hormon rendah angka lahir
dan kematian janin meningkat.
Pengertian
GAKI yang lain menurut Thesa (2009), Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (Iodine
Deficiency Disorder) adalah gangguan tubuh yang disebabkan oleh kekurangan
iodium sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan hormon tiroid. Definisi lain,
GAKI merupakan suatu masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan Yodium,
akibat kekurangan Yodium ini dapat menimbulkan penyakit salah satu yang sering
kita kenal dan ditemui dimasyarakat adalah Gondok. Dimana akibat defisiensi
iodium ini merupakan suatu spektrum yang luas dan mengenai semua segmen usia,
dari fetus hingga dewasa. Dengan demikian jelaslah bahwa gondok tidak identik
dengan GAKI. Dengan demikian kepentingan klinisnya tidak saja didasarkan atas
akibat desakan mekanis yang ditimbulkan oleh gondok, tetapi justru gangguan
fungsi lain yang dapat dan sering menyertainya seperti gangguan perkembangan
mental dan rendahnya IQ, hipotiroidisme, dan kretin. Gondok adalah pembesaran
kelenjar tiroid yang melebihi normal. Hipotiroidi adalah kondisi di mana tubuh
tidak memperoleh cukup hormon tiroid. Kondisi ini mengakibatkan penderita
menjadi malas, mengantuk, kulit kering dan tidal (tahan dingin dan konstipasi).
Hormon tiroid berperan dalam proses pertumbuhan otak dan sistim saraf. Oleh
karena itu anak penderita hipotiroidi mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik
dan keterbelakangan mental.
Yodium
merupakan zat essensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari Hormon
tiroksin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktifitas hormon ini,
ialah trijodotyronin T3 dan Tetrajodotyronin T4, yang terakhir juga disebut
juga Tiroksin. (Sediaoetama, 2006). Anjuran Asupan Yodium setiap hari di dalam
makanan menurut Arisman (2004) adalah :
-
Dosis 50 µg/hari untuk kisaran usia 0-12 Bulan.
-
Dosis 90 µg/hari untuk kisaran usia 1-6 tahun.
-
Dosis 120 µg/hari untuk kisaran usia 7-12 tahun.
-
Dosis 150 µg/hari untuk kisaran usia 12-Dewasa.
-
Dosis 200 µg/hari untuk kisaran Ibu hamil dan menyusui.
2.
Penyebab GAKI
Penyebab
terpenting timbulnya masalah GAKI adalah rendahnya asupan iodium melalui
makanan/ minuman yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Penyakit ini biasanya terjadi pada
daerah pegunungan. Adanya masalah GAKI
sebagai akibat kompensasi tubuh terhadap kondisi defisiensi iodium yang dialami Walaupun demikian defisiensi
bukan satu satunya penyebab terjadinya GAKI.
Sampai
saat ini ada beberapa teori yang menyatakan bahwa penyebab terjadinya GAKI
adalah defisiensi iodium, pengaruh zat goitrogenik, faktor genetik, dan
kelebihan unsur-unsur iodium. Akan tetapi dari data yang tersedia bahwa GAKI
akan terjadi apabila terdapat juga defisiensi iodium. Dengan demikian defisiensi
iodium merupakan penyebab utama terjadinya GAKI (DepKes. RI, 1997).
Adapun
penyebab yang lainnya yaitu keadaan geografis dan lingkungan,
dimana kandungan
yodium dalam tanah sedikit karena adanya erosi, overeksploitasi tanah dan
struktur tanah. Selain itu juga disebabkan oleh Zat goitrogenik (penggangu). Zat goitrogenik adalah zat yang dapat
menghambat pengambilan iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium
dalam kelenjar menjadi rendah. Aktivitas
bahan goitrogenik pada prinsipnya bekerja pada tempat yang berlainan dalam
rantai proses pembentukan hormon tiroid, dapat dibagi atas dua macam yaitu (Soekatri, 2001) :
-
Menghambat pengambilan iodium oleh
kelenjar thyroid, golongan ini termasuk kelompok perchlorate.
-
Menghalangi pembentukan ikatan
organik antara iodium dan thyroxin untuk menjadi hormon thyroid, golongan ini
adalah kelompok tiouracils imidazoles.
Zat
goitrogen alamiah yaitu; lignamarin (pada ubi kayu), getah (pada labu siam),
kulit ari kacang tanah, Kubis, dan belerang. Pencemar yaitu; Kelebihan pupuk
urea, kelebihan pestisida, Bakteri Coli, Limbah industri dan rumah (Geocities, 2003).
3.
Akibat GAKI
Dampak
negatif yang akan dialami oleh para penderita GAKI adalah sebagai berikut :
Pada Anak-anak, akan mengalami
-
Kemunduran mental
-
Bodoh.
-
Gangguan sistem otak.
-
Gangguam bicara, tuli
-
Gangguan pertumbuhan (cebol).
-
Lemah.
-
Pembesaran Kelenjar.
Pada Ibu Hamil, akan mengalami
-
Keguguran.
-
Bayi lahir mati.
-
Bayi meninggal sebelum umur 1 tahun.
-
Pertumbuhan otak mengakibatkan kretein (bisu, tuli, cebol).
Pada Orang Dewasa
-
Pembesaran kelenjar gondok.
-
Lemas dan cepat lelah.
-
Produktifitas rendah (Geocities, 2003)
Akibat
negatif GAKI ternyata dapat berakibat pada rendahnya prestasi belajar anak usia
sekolah. Dari sejumlah 20 juta penduduk Indonesia yang menderita GAKI
diperkirakan dapat kehilangan 140 juta angka kecerdasan atau IQ points (Tim
GAKY Pusat, 2005). Setiap penderita gondok akan mengalami defisit 10 point
dibawah normal, penderita kretin akan mengalami defisit IQ sebesar 50 point
dibawah normal. Sedang penderita GAKI lainnya akan mengalami defisit IQ sebesar
10 point. Adanya keterbelakangan mental mempengaruhi kecerdasan (Arisman, 2004).
Semua
penduduk dan kelompok umur berisiko untuk menderita GAKI Selain berdampak pada
kecerdasan otak GAKI juga berakibat pada status gizi karena hypothyroid,
gangguan pertumbuhan fungsi fisik dan mental serta meningkatnya kematian bayi
akibat penurunan daya tahan terhadap penyakit juga berdampak pada perkembangan sosial
dan ekonomi .
4.
Uji Diagnostik
Adapun cara – cara pemeriksaan untuk mengetahui adanya GAKI adalah
sebagai berikut:
a.
Pemeriksaan antropometri
Pemeriksaan antropometri tang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan pengukuran tinggi badan per berat
badan. Hal ini perlu untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan fisik anak sesuai
dengan berat badannyakarena jika terkena GAKI yang sudah parah maka
pertumbuhannya akan ikut terganggu. Selain itu, pengukuran tinggi badan per
umur juga dapat digunakan untuk pemeriksaan ini.
b.
Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis GAKI dapat dilihat dari gejala - gejala
yang muncul pada tubuh seseorang, antara lain :
-
Seseorang menjadi
malas dan lamban
-
Kelenjar tiroid membesar yang biasa disebut sebagai gondok
di masyarakat. Gondok ini diakibatkan karenakonsentrasi
hormon tiroid menurun dan hormone perangsang tiroid / TSH (Thyroid
Stimulating Hormone) meningkat agar kelenjar tiroid mampu menyerap lebih
banyak yodium bila kekurangan berlanjut sehingga selkelenjar tiroid membesar
dalam usaha meningkatkan pengambilan yodium oleh kelenjar tersebut.
-
Pada ibu hamil dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat
mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikenal sebagai
kretinisme.
c.
Pemeriksaan laboratorium
Penilaian status GAKI yaitu menggunakan urine, di daerah
endemis berat (<25 ug/ g kreatinin) dan sedang (25-50 ug/g kreatinin).
Iodium urine biasanya akan menurun sebelum struma muncul. Selain itu dapat juga
denganmelakukan pemeriksaan pada kadar
hormone tiroid serum yang dilakukan dengan mengambil sampel pada pembuluh
darah vena. Tetapi pemeriksaan ini dianggap kurang efektif karena biaya yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan akan lebih mahal dan tingkat
kesulitannya yang tinggi. Pemeriksaan status gizi secara lab dapatmendiagnosis
kurang gizi lebih dini sebelum tanda-tanda klinis muncul.
d.
Pemeriksaan dietetic
Pemeriksaan dietetic pada penderita GAKI dapat dilihat dari
asupan makanan yang dikonsumsi, antara lain sebagai berikut:
-
Asupan energy dan
protein
Gangguan akibat kekurangan yodium secara tidak langsung
dapat disebabkan oleh asupan energi yang rendah,karena kebutuhan energy akan
diambil dari asupan protein. Protein (albumin, globulin, prealbumin) merupakanalat transport hormon tiroid. Protein transport
berfungsi mencegah hormon tiroid keluar dari sirkulasi dansebagai
cadangan hormon.
- Status gizi
Pengaruh status gizi terhadap kejadian GAKI masih belum
banyak diteliti, namun secara teoritis cadanganlemak merupakan tempat
penyimpanan yodium. Jumlah simpanan yodium di dalam tubuh setiap individu
akan berbeda sesuai dengan kondisi status gizinya (Oenzil, 1996). Kadar
yodium urin anak dengan status gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan
anak dengan status gizi kurang setelah diberikan kapsul yodium selama 3hari
berturut-turut (Prihartini, 2004). Status gizi kurang atau buruk akan berisiko
pada biosintesis hormon tiroidkarena
kurangnya TBP (Thyroxin binding
Protein), sehingga sintesis hormon tiroid akan berkurang (Djokomoeljanto,
1987).
-
Pangan goitrogenik
Ada dua jenis zat goitrogenik yang berasal dari bahan pangan
yaitu: Tiosianat, terdapat dalam sayuran kobis, kembang kol, sawi, rebung,
ketela rambat dan jewawut, singkong; Isotiosianat, terdapat pada kobis.
Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan fungsihormon tiroid secara langsung dan tidak langsung.
5.
Pencegahan
Menurut Djokomoeljanto (1993), Upaya
pencegahan dan penanggulangan GAKI dilakukan dengan memberikan unsur yodium.
Dosis cukup memadai atau adekuat, diberikan secara terus menerus atau kontinyu
serta dapat mencapai semua segmen penduduk khususnya yang rawan (daerah
endemis).
Upaya lain dalam mencegah dan
menanggulangi masalah GAKY di masyarakat, selain melalui suplementasi langsung
yaitu larutan minyak beryodium (baik melalui suntikan maupun secara oral),
dilakukan juga upaya secara tidak langsung, yaitu melalui fortifikasi garam
konsums dengan yodium, yang dikenal dengan garam beryodium (Deperindag RI, 1993).
6.
Pengobatan
Menurut Thesa
(2009) ada dua terapi yang bisa dilakukan oleh penderita GAKI yaitu :
a. Farmakologi,
dengan mengkonsumsi obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter.
b.
Non Farmakologi, dengan mengkonsumsi bahan makanan yang cukup banyak mengandung yodium
seperti bahan makanan yang berasal dari laut dan sumber yodium lain yang mudah
kita temui adalah garam, yang dimaksud disini adalah garam beryodium dengan
kadar yodium
antara 30-80 ppm (part per million).
antara 30-80 ppm (part per million).
B.
Down Syndrom
1.
Definisi Down Syndrom
Down
sindrom merupakan golongan penyakit
genetik karena cacatnya terdapat pada bahan keturunan/materi genetik, tetapi
penyakit ini bukan penyakit keturunan. atau karena kuman yang bisa menular dari penderita ke orang lain (Faradz,
2003). Sindrom ini pertama kali diuraikan oleh John Langdon Down pada tahun
1866, baru pada tahun 1959 ditemukan dan dibuktikan adanya kelainan pada
kromosom. Down sindrom merupakan sindroma kongenital (kelainan bawaan) yang
paling sering terjadi dan juga merupakan
penyebab ketidakmampuan intelektual yang paling
sering ditemukan.. Penyebab hal ini masih belum diketahui pasti. Yang
dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya down sindrom.
Peluang seorang wanita mempunyai anak dengan down sindrom meningkat bersamaan
dengan peningkatan usianya pada saat hamil. Kejadian sindroma Down diperkirakan
1 per 800 hingga 1 per 1000 kelahiran
dan Mengenai semua etnis serta seluruh kelompok ekonomi (Selikowizt, 2001).
2.
Penyebab Down Syndrom
Penyebab
hal ini masih belum diketahui, tapi ada beberapa faktor yang memungkinkan
terjadinya down sindrom ini menurut Juwariah (2009), seperti:
a.
Genetik : Karena
menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko
berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan down sindrom.
b.
Radiasi : Ada sebagian
besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu
yang melahirkan anak dengan syndrom down pernah mengalami radiasi di daerah
sebelum terjadi konsepsi.
c.
Infeksi dan kelainan
kehamilan : Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan
tiroid.
d.
Autoimun dan kelainan
endokrin pada ibu.
e.
Umur ibu : Apabila
umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat
menyebabkan “non dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya
sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi
estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar
LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan
kehamilan juga berpengaruh.
f.
Umur ayah
g.
Faktor lain seperti
gangguan intragametik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus.
3.
Ciri-Ciri Down Syndrom
Secara
garis besar penderita ini dengan mudah bisa dilihat, berat badan waktu lahir
dari bayi dengan down sindrom ini umumnya kurang dari normal. Ciri-ciri lain
dari wajah yang khas dengan mata sipit yang membujur ke atas, jarak kedua mata
yang berjauhan dengan jembatan hidung yang rata, hidung yang kecil, mulut kecil
dengan lidah yang besar sehingga cenderung dijulurkan dan telinga letak rendah.
Tangan dengan telapak yang pendek dan biasanya mempunyai garis telapak tangan
yang melintang lurus (horizontal/tidak membentuk huruf M), jari pendek-pendek,
biasanya jari ke-5 sangat pendek, hanya mempunyai 2 ruas dan cenderung
melengkung. Tubuh pendek dan cenderung gemuk (Juwariah, 2009).
Anak
dengan sindrom ini sangat mirip satu dengan yang lainnya. Retardasi mental
sangat menonjol (IQ sekitar 50-70), disamping juga terdapat retardasi jasmani.
Mereka berbicara dengan kalimat-kalimat yang sederhana, diakibatkan adanya
gangguan wicara karena gangguan konstruksi rahang dan mulut. Anak dengan
sindroma ini sering menderita kelainan bawaan seperti kelainan jantung (defek
septum ventrikel yang paling sering ditemukan), leukimia, dan alzhaimer. Selain
itu penyakit infeksi terutama saluran pernapasan sering mengenai anak dengan
kelainan ini. Pertumbuhan pada masa bayi kadang-kadang baik, tetapi kemudian
menjadi lambat. Anak dengan down sindrom ini cenderung periang, senang, bersahabat
dan gemar musik (Selikowizt, 2001).
4.
Uji Diagnostik
Menurut
Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER, 2011), terdapat
beberapa uji diagnostik yang boleh dilakukan untuk mendeteksi sindrom Down,
yaitu :
a.
Amniocentesis
dilakukan dengan mengambil sampel air ketuban yang kemudiannya diuji untuk
menganalisa kromosom janin. Kaedah ini dilakukan pada kehamilan di atas 15
minggu. Risiko keguguran adalah 1 per 200 kehamilan.
b.
Chorionic villus
sampling (CVS) dilakukan dengan
mengambil sampel sel dari plasenta. Sampel tersebut akan diuji untuk melihat
kromosom janin. Tehnik ini dilakukan pada kehamilan minggu kesembilan hingga
14. Resiko keguguran adalah 1 per 100 kehamilan.
c.
Percutaneous umbilical
blood sampling (PUBS) adalah tehnik di mana darah dari umbilikus diambil dan
diuji untuk melihat kromosom janin. Tehnik dilakukan pada kehamilan diatas 18
minggu. Tes ini dilakukan sekiranya tehnik lain tidak berhasil memberikan hasil
yang jelas. Resiko keguguran adalah lebih tinggi.
5.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil
terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah
mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun
harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki
risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak
bisa dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah
kromosom. Jumlah kromosom 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih
tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua
usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya DS.
Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan,
diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS (mengambil
sedikit bagian janin pada plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau
amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu. Konseling
Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat membantu
mengurangi angka kejadian Sindrom Down. Dengan Biologi Molekuler, misalnya
dengan “ gene targeting “ atau yang dikenal juga sebagai “ homologous
recombination “ sebuah gen dapat dinonaktifkan (Rex, 1982).
6.
Pengobatan
Sampai saat ini belum ditemukan metode
pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap
perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari
sistim penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya mengingat tonus
otot-otot yang lemah. Dengan demikian penderita harus mendapatkan dukungan
maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau
fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun
mentalnya.
Walaupun secara jumlah meningkat, namun
penderita down syndrome lebih banyak yang berprestasi dan hidup lebih lama
dibanding orang dengan kehidupan yang lebih berkecukupan. Dengan kata lain,
harapan hidup dan mutu kehidupan para penderitadown syndrome jauh meningkat
beberapa tahun terakini. Perbaikan kualitas hidup pengidap down sindrom dapat
terjadi berkat perawatan kesehatan, pendekatan pengajaran, serta penanganan
yang efektif.
Stimulasi
sedini mungkin kepada bayi yang DS, terapi bicara, olah tubuh, karena
otot-ototnya cenderung lemah. Memberikan rangsangan-rangsangan dengan
permainan-permainan layaknya pada anak balita normal, walaupun respons dan daya
tangkap tidak sama, bahkan mungkin sangat minim karena keterbatasan
intelektualnya. Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk
memberi lingkunga yang memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk
latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa.
Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK,
mandi,yang akan memberi anak kesempatan (Rex, 1982).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A.
Waktu dan Tempat
Kunjungan
praktikum dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 31 Mei 2012 di Badan Pengawasan
dan Penelitian Gangguan Akbat Kekurangan Iodium (BP2GAKI) Borobudur, Magelang,
Jawa Tengah.
B.
Cara Pengambilan Data
Responden
dipilih secara acak oleh pihak BP2GAKI. Responden merupakan individu yang
secara rutin melakukan pemeriksaan dan atau terapi di tempat tersebut.
Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam/ indept interview
dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang ada pada kuisioner.
Pengumpulan data dalam praktikum ini
dilakukan dengan cara :
1.
Observasi
Observasi yang dilakukan dalam kegiatan kunjungan ke BP2GAKI
adalah mengamati pengunjung dan pasien yang memeriksakan kesehatannya di Balai
Pengobatan GAKI.
2.
Wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah wawancara
terhadap Ibu yang mengasuh responden yang memeriksakan kesehatan anaknya di
Balai Pengobatan GAKI. Wawancara dilakukan dengan mengacu pada pedoman
wawancara dalam bentuk kuesioner lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk menilai keadaan responden.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan dalam kegiatan pengamatan ini adalah
dokumentasi berupa foto-foto hasil pengamatan di Balai pengobatan GAKI.
C.
Analisa Data
Data yang diperoleh dari wawancara ini
akan diolah melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
1.
Editing
Yaitu kegiatan untuk mengecek isian formulir atau kuesioner apakah
jawaban yang ada dalam kuesioner lengkap (semua pertanyaan sudah terisi
jawabannya), jelas (tulisan jawaban pertanyaan cukup jelas terbaca), relevan
(jawaban sesuai dengan pertanyaan), dan konsisten (antara beberapa pertanyaan
yang berkaitan, isi jawabannya relevan) (Hastono, 2001).
2.
Coding
Yaitu kegiatan pemberian kode pada tiap data yang termasuk
dalam kategori yang sama (Hasan, 2004).
3.
Entry data
Yaitu kegiatan pemindahan data ke dalam komputer untuk
diolah (Hastono, 2001).
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Identitas Responden
o Nama :
Fatimatuzahra
o Alamat :
Desa Limbangan RT.03/RW.01 Kecamatan Bener, Purworejo.
o Tanggal lahir/Umur : 04 September 2006 / 5 tahun 8 bulan.
o Berat Badan :
15
kg
o Tinggi Badan :
95,3 cm
o Pekerjaan :
-
o Jumlah Anggota Keluarga
No
|
Nama
|
Status
|
L/P
|
Tanggal
Lahir/Umur
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
1
|
Muh.Ispandi
|
Ayah
|
L
|
01
Jan 1961
|
D2
|
PNS
|
2
|
Suratun
|
Ibu
|
P
|
08
Des 1967
|
SMA
|
Guru
TK
|
3
|
Anggi
Rahayu
|
Kaka
|
P
|
04
Juni 2002
|
SD
|
Pelajar
|
o Pengeluaran/bulan
-
Pengeluaran pangan : Rp. 1.000.000,-
-
Pengeluaran non pangan : Rp.
500.000,-
-
Total : Rp.
1.500.000,-
2.
Tes Palpasi : Tes
palpasi tidak dilakukan karena responden baru pertama kali periksa di BP2GAKI
dan menurut dokter pada klinik GAKI responden adalah penderita Down Syndrom
murni.
3.
Tes Urine : Tes urine
juga tidak dilakukan, karena responden masih merupakan pasien yang baru
melakukan pemeriksaan di BP2GAKI.
4.
Tes Darah : Tes darah pun
tidak dilakukan karena responden masih merupakan pasien yang baru melakukan
pemeriksaan di BP2GAKI.
5.
Status Kesehatan :
Penderita tidak menderita penyakit lain kecuali Down Syndrom.
6.
Riwayat Keluarga
o Apakah ada anggota keluarga lain yang mengalami gejala GAKI?
Menurut
Ibu Suratun yang merupakan ibu dari reponden, tidak ada anggota keluarga lain yang
mengalami gejala GAKI.
o Apakah ada anggota keluarga yang mengalami lahir mati?
Menurut
Ibu reponden, tidak ada anggota keluarga yang mengalami lahir mati.
o Apakah ada anggota keluarga yang mengalami cacat bawaan?
Menurut
Ibu reponden, tidak ada anggota keluarga yang mengalamin cacat bawaan.
o Apakah ada anggota keluarga yang mengalami keguguran?
Menurut
Ibu reponden, tidak ada anggota keluarga yang mengalami keguguran.
o Apakah ada anggota keluarga yang mengalami keterbelakangan
mental?
Menurut
Ibu reponden, tidak ada anggota keluarga yang mengalami keterbelakangan mental.
o Apakah ada anggota keluarga yang mengalami kretin?
Menurut
Ibu reponden, tidak ada anggota keluarga yang mengalami kretin.
7.
Pengetahuan tentang
GAKI
o Apakah anda tahu tentang GAKI?
Menurut
Ibu reponden, GAKI adalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium.
o Apakah anda tahu tanda-tanda GAKI?
Menurut
Ibu reponden, tanda-tanda GAKI adalah susah berbicara, ukuran mata tidak sama
dan tidak focus, ukuran tubuh pendek dan jalannya susah.
o Apakah anda tahu penyebab GAKI?
Ibu
reponden tidak mengetahui penyebab GAKI.
o Apakah dirumah memakai garam yodium?
Ya,
Ibu responden menggunakan garam beryodium.
o Apakah anda tahu manfaat penggunaan garam beryodium?
Menurut
Ibu reponden, manfaat penggunaan garam beryodium adalah supaya tidak gondok.
o Apakah anda tahu berapa sebaiknya penambahan iodium dalam
garam?
Ibu
reponden, tidak mengetahui berapa angka penambahan iodium yang baik dalam
garam.
o Bagaimana cara menyimpan garam beryodium yang benar?
Menurut
Ibu responden, cara menyimpan garam beryodium yang benar adalah tertutup.
o Apakah anda tahu apa itu zat goitrogeni?
Ibu
reponden, tidak mengetahui apa itu zat goitrogenik.
o Apakah anda tahu bahan makanan yang mengandung zat
goitrogenik?
Ibu
reponden, tidak mengetahui bahan-bahan apa yang terkandung dalam zat
goitrogenik.
o Apakah anda tahu penanganan yang tepat untuk mengatasi GAKI?
Menurut
Ibu responden, cara penanganan yang tepat untuk mengatasi GAKI adalah dengan
mengurangi makan gandum dan mie, selain itu juga dengan memakan banyak sayur
dan buah.
8.
Konsumsi makanan kaya
yodium dan zat goitrodenik
o Sumber Yodium
Nama Makanan
|
Frekuensi
|
Rata-rata
|
Skor
|
|||
/hari
|
/minggu
|
/bulan
|
/tahun
|
|||
Ikan
laut
|
-
|
2
|
-
|
-
|
|
|
Ikan
tawar
|
-
|
1
|
-
|
-
|
|
|
Ikan
asin
|
1
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Udang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Kerang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Cumi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Rumput
laut
|
-
|
-
|
1
|
-
|
|
|
Kepiting
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Susu
|
2
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Telur
|
1
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Daging
|
-
|
-
|
1
|
-
|
|
|
o Sumber Goitrogenik
Nama Makanan
|
Frekuensi
|
Rata-rata
|
Skor
|
|||
/hari
|
/minggu
|
/bulan
|
/tahun
|
|||
Ubi
kayu
|
-
|
1
|
-
|
-
|
|
|
Ubi
jalar
|
-
|
-
|
2
|
-
|
|
|
Kubis/kol
|
-
|
1
|
-
|
-
|
|
|
Sawi
|
-
|
3
|
-
|
-
|
|
|
Lobak
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
|
Buncis
|
-
|
1
|
-
|
-
|
|
|
Rebung
|
-
|
-
|
-
|
2
|
|
|
Kacang
tanah
|
-
|
1
|
-
|
-
|
|
|
Sorgum
|
-
|
1
|
-
|
-
|
|
|
Jagung
|
-
|
1
|
-
|
-
|
|
|
Daun
Singkong
|
-
|
2
|
-
|
-
|
|
|
B.
Pembahasan
Karakteristik
responden yang kami dapat dalam praktikum ini bernama Fatimatuzahra, Responden
bertempat tinggal di Desa Limbangan RT. 03 RW. 01 Kecamatan Bener Purworejo.
Responden lahir pada tanggal 04 September 2006, mempunyai berat badan 15 kg dan
tinggi badan 95,3 cm. Responden merupakan anak kedua dari dua bersaudara, orang
tua responden bernama Muh. Ispandi dan Suratun. Pendapatan keluarga responden
setiap bulannya sebesar Rp.1.500.000 dan mengeluarkan biaya sebesar
Rp.1.000.000,- untuk biaya pangan dan sebesar Rp.500.000,- untuk biaya non
pangan.
Pada
saat penelitian responden baru pertama kali memeriksakan kesehatannya di
BP2GAKI, dan hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh responden ternyata
responden menderita penyakit Down Syndrom murni. Sehingga, tidak dilakukan tes
palapasi, tes urine, dan tes darah pada responden. Status kesehatan responden
adalah reponden tidak menderita penyakit lain kecuali penyakit Down Syndrom.
Riwayat
keluarga responden menunjukkan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gejala GAKI, lahir mati, cacat bawaan, keguguran, keterbelakangan mental maupun
mengalami kretin.
Pengetahuan
tentang GAKI, kami peroleh dari hasil wawancara dengan ibu Suratun yang
merupakan ibu responden dikarenakan responden yang masih anak-anak dan masih
sulit untuk berbicara. Dari hasil wawancara diperoleh bahwa ibu responden
mengetahui tentang GAKI. GAKI adalah gangguan akibat kekurangan iodium, dengan
tanda-tanda seperti susah berbicara, ukuran mata tidak sama dan tidak focus,
ukuran tubuh pendek dan jalannya susah. Tetapi, ibu responden tidak mengetahui
apa penyebab dari GAKI tersebut.
Konsumsi
makanan kaya yodium dan zat goitrogenik pada keluarga responden di dapatkan
hasil bahwa keluarga responden lebih sering mengkonsumsi makanan kaya zat
goitrogenik daripada makanan kaya yodium.
Sampai saat ini penyebab utama GAKI adalah kurangnya konsumsi iodium dan
terlalu banyak mengkonsumsi zat goitrogenik. Hal inilah yang menyebakan
responden mengalami ciri-ciri penderita GAKI, seperti tubuh yang pendek
(kretin), keterbelakangan mental atau disebut juga Down Syndrom, dan lain-lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, responden mengalami Down Syndrom karena
kurangnya konsumsi iodium dalam tubuhnya.
BAB V
SIMPULAN DAN
SARAN
A.
Simpulan
1.
Gangguan akibat
kekurangan yodium adalah sekumpulan gajala yang dapat ditimbulkan karena tubuh
seseorang kekurangan unsur yodium secara terus-menerus dalam waktu cukup lama.
GAKI disebabkan oleh kurangnya konsumsi iodium dan banyaknya konsumsi zat
goitrogenik. Akibat dari GAKI adalah menurunnya kecerdasan otak, mengalami
gangguan fungsi fisik (ukuran tubuh pendek/kretin), mengalami keterbelakangan
mental (down syndrom), dan lain-lain.
2.
Down syndrom merupakan
golongan penyakit genetik karena
cacatnya terdapat pada bahan keturunan/materi genetik, tetapi penyakit ini
bukan penyakit keturunan. atau karena kuman yang bisa menular dari penderita ke orang lain. Ciri-ciri
Down Syndrom dapat dilihat dari wajah yang khas dengan mata sipit yang membujur
ke atas, jarak kedua mata yang berjauhan dengan jembatan hidung yang rata,
hidung yang kecil, mulut kecil dengan lidah yang besar sehingga cenderung
dijulurkan dan telinga letak rendah, tubuh pendek dan cenderung gemuk.
3.
Salah satu akibat dari
kekurangan iodium adalah keterbelakangan mental atau yang biasa disebut Down
Syndrom. Sehingga Down Syndrom merupakan salah satu dampak yang akan dialami
oleh seseorang yang kekurangan iodium dalam tubuhnya.
B.
Saran
1.
Masyarakat bisa ikut
berpartisipasi untuk mengurangi prevalensi GAKI dengan mengkonsumsi banyak
makanan kaya iodium dan mengurangi konsumsi zat goitrogenik.
2.
Melakukan penyuluhan
tentang manfaat iodium kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di
daerah yang sulit untuk mendapatkan makanan kaya iodium.
DAFTAR PUSTAKA
Andrianti, VB. 2008. Distribusi Kelainan
Kromosom Sindrom Down dan Usia Ibu saat Melahirkan di SLB Negeri Semarang. Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponogoro. Semarang.
Arisman MB. 2004. Gizi
dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta.
Depkes RI. 1997. Strategi mobilisasi sosial dalam rangka
meningkatkan Konsumsi Garam beryodium di masyarakat. Komite Nasional Garam
Tingkat Pusat, Dirjen PKM Depkes RI. Jakarta.
Depkes
RI. 2000. Pedoman Pelaksanaan Pemantauan
Garam Beryodium di Tingkat Masyarakat. Depkes RI. Jakarta.
Depkes
RI. 2006. Glosarium Data & Informasi
Kesehatan. http.//www.depkes.go.
id/en/downloads/publikasi/Glosarium%202006.pdf . Diakses pada tanggal 08 Juni
2012
Deperindag RI. 1993. Profil Program Iodisasi Garam di Indonesia. Tim Teknis Iodisasi Garam
Pusat, Direktur Industri Kimia Organik dalam Simposium GAKI. Badan Penerbit
Undip. Semarang.
Djokomoeljanto
R, Suharyo H, Darmono, Soetardjo, Suhartono T. 1993. Laporan Penelitian Pengalaman Penggunaan Yodium dalam Minyak Yodiol di Daerah
Gondok Endemik In Kongres Nasional III Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(Perkeni) Kumpulan Naskah Simposium GAKY. Badan Penerbit UNDIP, page:
135-155. Semarang.
Djokomoeljanto
R. 1997.Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
Pada Umumnya, Khususnya di Indonesia dan Beberapa Masalahnya (disampaikan pada
kursus singkat yodium mikronutrien esensial). Februari. UGM. Yogyakarta.
Djokomoeljanto
R. 2002. Evaluasi Masalah Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY) Di
Indonesia. Jurnal GAKY. Desember
Vol.3 No 1.p:31-39.
Ellard
S, Turnpenny P. 2005. Emery’s Elements Of
Medical Genetics, 12th edition. Elsevier.
Faradz,
Sultana MH. 2003.
Mengenal Sindroma Down.
http://www.suaramerdeka. com/harian/0301/08/nas13.htm. Diakses pada tanggal 07
Juni 2012.
Gatie, Asih Luh. 2006.
Validasi Total Goitre Rate (TGR) Berdasar Palpasi Terhadap Ultrasonografi (USG)
Tiroid serta Kandungan Yodium Garam dan Air di Kecamatan Sirampog Kabupaten
Brebes (Studi pada anak sekolah dasar Tahun 2006). Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponogoro.
Semarang.
Geocities. 2003. GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) www.geocities.ws/
uky2k2003/gaky.html. Diakses pada tanggal 07 Juni 2012.
Gersen
L, Keagle MB. 2005. The Principles Of
Clinical Cytogenetics, 2nd Edition. Human Press Inc. New Jersey.
Gizi Depkes. 2012. GAKY (Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium). gizi.depkes.go.id /gaky/lb-gaky.pdf . Diakses pada tanggal 07 Juni 2012.
Hastono, S. P.
2001. Analisis Data. FKM UI.
Jakarta.
Hasan, I. 2004. Analisis
Data Penelitian dengan Statistik. Bumi Aksara. Jakarta.
Juwariah.
2009. Dukungan Sosial Keluarga terhadap Anak Down Sindrom di Yayasan Pembina
Anak Cacat (YPAC) Medan. Skripsi.
Program Studi Ilmu Keperawatan S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara. Medan
Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER). 2011. Menstrual cramps.http://www.mayoclinic.com/health/menstrualcramps/DS00506/DSECTION=tests-and-diagnosis. Diakses pada tanggal 07 Juni 2012.
Oenzil, Fadil. 1996. Evaluasi
Dampak Program Yodiolisasi Pada Masyarakat Rawan GAKY di Sumatra Barat.
Temu Ilmiah & Simposim Nasional
Penyakit Kelenjar Tiroid. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Semarang page: 373-411. Semarang.
Rex A.P, Preus M. 1982. A
diagnostic index for Down syndrome. J Pediatr.
Selikowizt, Mark. 2001. Alih Bahasa Surjadi Rini. Buku Seri Keluarga : Mengenal Sindroma Sown.
Arcan. Jakarta.
Sediaoetama, Ahmad Djaelani. 2006. Ilmu Gizi II. Dian Rakyat. Jakarta.
Supariasa. 2001. Gizi
Dalam Masyarakat. PT. Elex Media.
Jakarta.
Soekatri,
YEM. 2004. Interaksi Yodium dengan Zat
gizi lain. http://www.gaky.
promosikesehatan.com/news/download. Diakses pada tanggal 07 Juni 2012.
Tim
GAKY Pusat. 2005. Rencana Aksi Nasional
Kesinambungan Program Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium. Tim
GAKY Pusat. Jakarta.
Thesa.
2009. GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium).
http://dokterthesa. wordpress.com/2009/06/25/gaki/. Diakses pada tanggal 08
Juni 2012.
Tarek M. 2005. The Baby With Down
Syndrome. ASJOG Volume 2.
Wahab
A, Beener A, Teebi SA. 2006.
The Incidence Patterns Of Down Syndrome In Qatar.
Clin Genet. Qatar.
Wright
A, Hastie N. 2007. Genes and Common
Disease. Cambridge University Press. New York.
'Empire of Empires 3' on YouTube
BalasHapusSega Genesis / Mega Drive. The year 2000. TV Commercials. The year 2000: Empire youtube to mp4 of Empires, Sega Mega Drive. The year 2000: Empire of Empires, Sega Mega Drive.