Rabu, 07 Desember 2011

Paper Persebaran Penduduk dan Penyebab Masalah Kepadatan Penduduk di Indonesia

Nama  : Stevy E.N Purba
NIM :   G1B010013
Fakultas : FKIKJurusan : Kesehatan Masyarakat


PERSEBARAN PENDUDUK DAN PENYEBAB MASALAH KEPADATAN PENDUDUK di INDONESIA


A.   Latar Belakang
Seperti diketahui bahwa hampir semua rencana pembangunan perlu ditunjang dengan data jumlah penduduk, persebaran dan susunannya menurut umur penduduk yang relevan dengan rencana tersebut. Data yang diperlukan tidak hanya menyangkut keadaan pada waktu rencana itu disusun, tetapi juga informasi masa lampau dan yang lebih penting lagi adalah informasi perkiraan pada waktu yang akan datang.
Data penduduk pada waktu yang lalu dan waktu kini sudah dapat diperoleh dari hasil-hasil survei dan sensus, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan data penduduk pada masa yang akan datang perlu dibuat proyeksi penduduk yaitu perkiraan jumlah penduduk dan komposisinya di masa mendatang.
Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk tetapi suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu :
1.    Kelahiran (Fertilitas)
2.    kematian (Mortalitas)
3.    Perpindahan (Migrasi).

Ketiga komponen inilah yang menentukan besarnya jumlah penduduk dan struktur umur penduduk di masa yang akan datang. Untuk menentukan asumsi dari tingkat perkembangan kelahiran, kematian dan perpindahan di masa yang akan datang diperlukan data yang menggambarkan tren di masa lampau hingga saat ini, faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing komponen itu, dan hubungan antara satu  komponen dengan yang lain serta target yang akan dicapai atau diharapkan pada masa yang akan datang.
Padahal, kalau kita mau menyadari, sebenarnya masalah kependudukan ini adalah masalah yang teramat penting. Tidak kalah pentingnya dengan berbagai macam masalah lainnya yang seringkali kita perdebatkan dalam berbagai seminar dan diskusi. Dan sebenarnya berkaitan erat dengan masalah ekonomi, hukum dan norma agama. Jadi, memang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan distribusi yang tidak merata. Hal itu dibarengi dengan masalah lain yang lebih spesifik, yaitu angka fertilitas dan angka mortalitas yang relatif tinggi.
Kondisi ini dianggap tidak menguntungkan dari sisi pembangunan ekonomi.. Hal itu diperkuat dengan kenyataan bahwa kualitas penduduk masih rendah sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai beban daripada modal pembangunan.

B.   Rumusan Masalah
Bagaimana persebaran penduduk dan kepadatan penduduk yang terjadi di Indonesia dan apa saja dampak serta penyebab atau akibat bisa terjadinya kepadatan penduduk tersebut.

C.   Tujuan Penelitian
1.    Untuk mengetahui apa saja dampak dari kepadatan penduduk.
2.    Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk.

D.   Pembahasan
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Banyaknya penduduk di suatu daerah atau wilayah menyebabkan terjadinya persebaran penduduk yang juga akan mengakibatkan kepadatan penduduk.
Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak. Sedangkan kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu wilayah negara atau daerah yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk dibandingkan dengan luas wilayahnya yang dihitung jiwa per km kuadrat.
Berdasarkan sensus penduduk dan survey penduduk, persebaran penduduk Indonesia antar provinsi yang satu dengan provinsi yang lain tidak merata. Karena sumber utama data statistik kependudukan ialah Sensus Penduduk yang dilakukan sepuluh tahun sekali. Sensus penduduk (cacah jiwa) adalah pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyebarluasan data kependudukan. Jumlah penduduk ditentukan oleh :
a.       Angka kelahiran (Fertilitas)
Tingkat Fertilitas Kasar (CBR = Crude Birth Rate)
Tingkat fertilitas didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut:

CBR = (B : Pm) k

Di mana :
CBR = Crude Birth Rate atau tingkat kelahiran kasar
Pm = penduduk pertengahan tahun
k = bilangan konstan yang biasanya bernilai 1000
B = jumlah kelahiran pada tahun tertentu
b.       Angka kematian (Mortalitas)
Lahir hidup adalah peristiwa keluarnya hasil konsepi dari rahim seorang ibu secara lengkap tanpa memndang lamanya kehamilan dan setelah pepisahan itu terjadi, hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda ekhidupan lainnya, seperti denyut jantung, detak tali pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah tali puat sudah dipotong atau belum (LIVE BIRTH). Sedangkan Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (DEATH).
Crude Death Rate (CDR = Angka Kematian Kasar)

CDR = (D : P) k

Di mana :
D = jumlah kematian
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
c.       Perpindahan penduduk, yang meliputi :
1.    Urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota.
2.           Reurbanisasi, yaitu perpindahan penduduk kembali ke desa.
3.           Emgrasi, yaitu perpindahan penduduk ke luar negeri.
4.           Imigrasi, yaitu perpindahian penduduk dari luar negeri ke dalamnegeri.
5.           Remigrasi, yaitu perpindahan penduduk kembali ke negara asal.
6.    Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari satu pulau kepulau lain dalam satu negara.
Untuk mengatasi kepadatan penduduk, pemerintah menggalakkan program transmigrasi. Adapun jenis-jenis transmigrasi yang ada adalah :
1.    Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang biayanya ditanggung pemerintah ditujukan untuk penduduk yang memenuhi syarat.
2.    Transmigrasi spontan/swakarsa, yaitu transmigrasi yang seluruh pembiayaannya ditanggung sendiri. Pemerintah hanya menyediakan lahan pertanian dan rumah.
3.    Transmigrasi lokal, yaitu transmigrasi yang dilakukan dalam satu wilayah provinsi.
4.    Transmigrasi khusus/sektoral, yaitu transmigrasi yang dilakukan karena penduduk terkena bencana alam.
5.    Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh seluruh penduduk desa berikut pejabat-pejabat pemerintahan desa.
Sensus Penduduk sudah dilakukan lima kali di Indonesia, yakni tahun 1961, 1971, 1980, 1990, dan 2000. Selanjutnya akan dilakukan pada setiap tahun yang berakhiran nol, seperti tahun 2010, 2020 dan seterusnya.
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1  juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025 (Tabel 3.1). Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun.
Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan  0,92 persen per tahun.
Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama.
Salah satu ciri penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau dan provinsi yang tidak merata.  Sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, padahal luas pulau itu kurang dari tujuh persen dari luas total wilayah daratan Indonesia.
Namun secara perlahan persentase penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar 59,1 persen pada tahun 2000 menjadi 55,4 persen pada tahun 2025. Sebaliknya persentase  penduduk yang tinggal di pulau pulau lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7 persen menjadi 22,7 persen, Kalimantan naik dari 5,5  persen menjadi 6,5 persen pada periode yang sama. 
Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi penduduk (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025
Propinsi
2000
2005
2010
2015
2020
2025
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1. NANGGROE ACEH DARUSSALAM
3,929.3
4,037.9
4,112.2
4,166.3
4,196.5
4,196.3
2. SUMATERA UTARA
11,642.6
12,452.8
13,217.6
13,923.6
14,549.6
15,059.3
3. SUMATERA BARAT
4,248.5
4,402.1
4,535.3
4,693.4
4,785.4
4,846.0
4. RIAU
4,948.0
6,108.4
7,469.4
8,997.7
10,692.8
12,571.3
5. JAMBI
2,407.2
2,657.3
2,911.7
3,164.8
3,409.0
3,636.8
6. SUMATERA SELATAN
6,210.8
6,755.9
7,306.3
7,840.1
8,369.6
8,875.8
7. BENGKULU
1,455.5
1,617.4
1,784.5
1,955.4
2,125.8
2,291.6
8. LAMPUNG
6,730.8
7,291.3
7,843.0
8,377.4
8,881.0
9,330.0
9. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
900.0
971.5
1,044.7
1,116.4
1,183.0
1,240.0
10. DKI JAKARTA
8,361.0
8,699.6
8,981.2
9,168.5
9,262.6
9,259.9
11. JAWA BARAT
35,724.0
39,066.7
42,555.3
46,073.8
49,512.1
52,740.8
12. JAWA TENGAH
31,223.0
31,887.2
32,451.6
32,882.7
33,138.9
33,152.8
13. D I YOGYAKARTA
3,121.1
3,280.2
3,439.0
3,580.3
3,694.7
3,776.5
14. JAWA TIMUR
34,766.0
35,550.4
36,269.5
36,840.4
37,183.0
37,194.5
15. BANTEN
8,098.1
9,309.0
10,661.1
12,140.0
13,717.6
15,343.5
16. B A L I
3,150.0
3,378.5
3,596.7
3,792.6
3,967.7
4,122.1
17. NUSA TENGGARA BARAT
4,008.6
4,355.5
4,701.1
5,040.8
5,367.7
5,671.6
18. NUSA TENGGARA TIMUR
3,823.1
4,127.3
4,417.6
4,694.9
4,957.6
5,194.8
19. KALIMANTAN BARAT
4,016.2
4,394.3
4,771.5
5,142.5
5,493.6
5,809.1
20. KALIMANTAN TENGAH
1,855.6
2,137.9
2,439.9
2,757.2
3,085.8
3,414.4
21. KALIMANTAN SELATAN
2,984.0
3,240.1
3,503.3
3,767.8
4,023.9
4,258.0
22. KALIMANTAN TIMUR
2,451.9
2,810.9
3,191.0
3,587.9
3,995.6
4,400.4
23. SULAWESI UTARA
2,000.9
2,141.9
2,277.2
2,402.8
2,517.2
2,615.5
24. SULAWESI TENGAH
2,176.0
2,404.0
2,640.5
2,884.2
3,131.2
3,372.2
25. SULAWESI SELATAN
8,050.8
8,493.7
8,926.6
9,339.9
9,715.1
10,023.6
26. SULAWESI TENGGARA
1,820.3
2,085.9
2,363.9
2,653.0
2,949.6
3,246.5
27. GORONTALO
833.5
872.2
906.9
937.5
962.4
979.4
28. M A L U K U
1,166.3
1,266.2
1,369.4
1,478.3
1,589.7
1,698.8
29. MALUKU UTARA
815.1
890.2
969.5
1,052.7
1,135.5
1,215.2
30. PAPUA
2,213.8
2,518.4
2,819.9
3,119.5
3,410.8
3,682.5
(Data Statistik Indonesia, 2011)
Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan bertambah dengan laju pertumbuhan yang sangat beragam pula.  Bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan periode 1990-2000, maka terlihat laju pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat dan ada pula yang turun dengan tajam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk tiap-tiap daerah atau negara sebagai berikut :
1.
Faktor Fisiografis
2. Faktor Biologis
3. Faktor Kebudayaan dan Teknologi
Di daerah yang pertumbuhan penduduknya telah menurun, terjadi perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan penurunan proporsi anak-anak usia di bawah 15 tahun disertai dengan peningkatan pesat proporsi penduduk usia kerja dan  peningkatan proporsi penduduk usia lanjut (lansia) secara perlahan. Sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya masih tinggi, proporsi penduduk usia 0-14 tahun masih besar sehingga memerlukan investasi  sosial dan ekonomi yang besar pula untuk penyediaan sarana tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan. 
Daerah yang berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk menghadapi tantangan baru dimana peningkatan yang pesat dari proporsi penduduk usia kerja akan berdampak pada tuntutan perluasan kesempatan kerja. Disamping itu telah terjadi pergeseran permintaan tenaga kerja dengan penguasaan teknologi dan  matematika, yang mampu berkomunikasi, serta mempunyai daya saing tinggi di era globalisasi.  Kesemuanya ini  berkaitan dengan program bagaimana menyiapkan calon pekerja agar mempunyai kualitas tinggi,  dengan ketrampilan yang memadai.
Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja  merupakan akar permasalahan kemiskinan. Jadi aspek demografis mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan yang dihadapi di Indonesia pada saat ini.
Kemiskinan juga berkaitan erat dengan kemampuan mengakses pelayanan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan gizi dan kalori. Dengan demikian penyakit masyarakat umumnya berkaitan dengan penyakit menular, seperti diare, penyakit lever, dan TBC. Selain itu, masyarakat juga menderita penyakit kekurangan gizi termasuk busung lapar, anemi terutama pada bayi, anak-anak, dan ibu hamil. Kematian bayi adalah konsekuensi dari penyakit yang ditimbulkan karena kemiskinan ini (kekurangan gizi menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi).
Selain menimbulkan berbagai macam masalah sosial, jumlah penduduk yang semakin bertambah ini juga menimbulkan dampak pada masalah yang lain, yaitu masalah lingkungan. Semakin banyak penduduk berarti semakin banyak areal persawahan dan hutan yang berubah fungsi menjadi pemukiman penduduk. Dan bila tadi sudah dibahas bagaimana jumlah penduduk yang semakin bertambah ini menyebabkan urbanisasi dan menimbulkan berbagai masalah sosial di kota-kota, maka kali ini kita bisa melihat bagaimana mereka yang tinggal menetap di desa pun menimbulkan masalah lain yang tak kalah seriusnya, yaitu kehancuran hutan yang ada, termasuk juga hutan lindung yang mesti dijaga.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1.
Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
E.    Kesimpulan dan Saran

E.1 Kesimpulan
1.        Pertumbuhan penduduk yang tak terkendali ini memang bisa menyebabkan berbagai masalah dalam berbagai bidang kehidupan, seperti masalah ekonomi, sosial, pelayanan kesehatan, lingkungan, dan berbagai bidang kehidupan lainnya.
2.        Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kepadatan penduduk di suatu daerah adalah karena faktor biologis, faktor fisiografis dan faktor kebudayaan serta teknologi.
E.2 Saran

1.        Sebagai seorang mahasiswa kesehatan masyarakat, kita sangat berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan penduduk juga kepadatan penduduk. Selain sebagai mahasiswa, kita juga sebagai warga Indonesia harus sadar bahwa kita harus memperbaiki status kependudukan di negara kita, kita juga harus meratakan pertumbuhan penduduk di berbagai wilayah di Indonesia. Sehingga tidak ada lagi kepadatan penduduk di daerah-daerah tertentu.
2.        Dan kita juga harus bisa memperbaiki mutu atau kualitas masyarakat kita, agar mereka mengerti bagaimana dan apa dampak-dampak dari segala sesuatu yang mereka lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2000.http://kepadatan2000av.blogspot.com/ diakses tanggal 13 April 2011.
Anonym.2010.Definisi Pengertian Masalah-Masalah Sosial dan Jenis dalam Masyarakat (online).http://organisasi.org/definisi-pengertian-masalah-sosial-dan-jenis-macam-masalah-sosial-dalam-masyarakat diakses tanggal 13 April 2011.
Data Statistik Indonesia.2011.http://www.datastatistik-indonesia.com/content/ view/919/934/ diakses tanggal 13 April 2011.
Mangkutak.2009.Masalah Kependudukan ditinjau dari sisi fertilitas pengaturan Kelahiran dan Kesehatan Reproduksi (online). http://mangkutak.wordpress.com/2009/01/21/masalah-kependudukan-ditinjau-dari-sisi-fertilitas-pengaturan-kelahiran-kesehatan-reproduksi/ diakses tanggal 13 April 2011.
Mulkanatjeh.2010.Fertilitas dan Mortalitas (online). http://mulkanatjeh.wordpress.com/2010/01/05/fertilitas-dan-mortalitas/ diakses tanggal 13 April 2011.
Sumber M.2008.Tentang Masalah Kependudukan (online). http://sumbermakalah.blogspot.com/2008/12/tentang-masalah-kependudukan.html diakses tanggal 13 April 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar