Jumat, 20 April 2012

Telaah Jurnal


TELAAH JURNAL
Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Dan Jenis Kelamin (Employees’ Burnout in Relation to Perception toward Psychological Work Environment and Sex)
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Higiene Industri




Stevy E.N Purba - G1B010013



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2012

Telaah Jurnal
I.                   Identitas Jurnal
a.       Nama Jurnal : Jurnal PSYCHE
b.      Pengarang : Imelda Novelina Sihotang
c.       Judul Jurnal : Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Dan Jenis Kelamin (Employees’ Burnout in Relation to Perception toward Psychological Work Environment and Sex)
d.      ISSN :  -
e.       Volume : Vol. 1 No. 1, Juli 2004
f.       Halaman : 9 - 17

II.                Latar Belakang
a.       Tujuan
1.  Untuk mengetahui apakah ada hubungan negatif antara persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologis dengan burnout dan perbedaan tingkat burnout berdasarkan jenis kelamin.
2.    Untuk mengetahui apakah karyawan wanita mengalami burnout lebih besar dibandingkan karyawan pria.
b.      Manfaat
Dalam jurnal tidak disebutkan manfaat dari penelitian ini.
c.       Tinjauan Pustaka
-          Burnout pada Karyawan
Burnout merupakan kelelahan fisik, mental, dan emosional yang terjadi karena stres yang diderita dalam jangka waktu yang lama, di dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi. Menurut Kreitner dan Kinicki (1992)  burnout  adalah akibat dari stres yang berkepanjangan dan terjadi ketika seseorang mulai mempertanyakan nilai-nilai.
Dari pengertian tentang  burnout oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa burnout adalah keadaan stres yang dialami individu dalam jangka waktu yang lama dan dengan intensitas yang cukup tinggi, ditandai dengan kelelahan fisik, mental, dan emosional, serta rendahnya pengahargaan terhadap diri sendiri yang mengakibatkan individu merasa terpisah dari lingkungannya pribadinya.
Burnout mempunyai lima dimensi utama, yaitu: 
1.      Kelelahan fisik à ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur, kurangnya nafsu makan, dan individu merasakan adanya anggota badan yang sakit.
2.      Kelelahan emosional à ditandai dengan depresi, merasa terperangkap di dalam pekerjaannya, mudah marah, dan cepat tersinggung
3.      Kelelahan mental à ditandai dengan bersikap sinis terhadap orang lain, bersikap negatif, cenderung merugikan diri sendiri, pekerjaan, maupun organisasi
4.      Rendahnya penghargaan terhadap diri à ditandai dengan individu tidak pernah merasa puas dengan hasil kerja sendiri, dan merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
5.      Depersonalisasi à ditandai dengan menjauhnya individu dari lingkungan sosial, apatis, dan tidak peduli dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Kelima dimensi inilah yang diperlakukan sebagai aspek-aspek untuk menyusun angket dalam mengungkap burnout.
Ada dua faktor yang dipandang mempengaruhi munculnya burnout, yaitu: 
1.      Faktor eksternal à meliputi lingkungan kerja psikologis yang kurang baik, kurangnya kesempatan untuk promosi, imbalan yang diberikan tidak mencukupi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan, pekerjaan yang monoton.
2.      Faktor internal à meliputi usia, jenis kelamin, harga diri, dan karakteristik kepribadian.
-          Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis
Gibson & Ivancevich (1990) menyatakan bahwa persepsi terhadap lingkungan kerja merupakan serangkaian hal dari lingkungan yang dipersepsikan oleh orang-orang yang bekerja dalam lingkungan organisasi dan mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi tingkah laku karyawan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis adalah pandangan atau penilaian karyawan terhadap kondisi psikologis yang ada dalam suatu lingkungan organisasi atau perusahaan, dan semua hal yang dipersepsikan karyawan tersebut akan mempengaruhi tingkah laku karyawan. 
Ada lima aspek persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis, yang mempengaruhi perilaku karyawan, yaitu :
1.      Struktur kerja à yakni sejauhmana pekerja merasakan bahwa pekerjaan yang diberikan kepadanya memiliki struktur kerja dan organisasi yang baik.
2.      Tanggung jawab kerja à yakni sejauhmana pekerja merasakan bahwa pekerja mengerti tanggung jawab mereka serta bertanggung jawab atas tindakan mereka.
3.      Perhatian dan dukungan pimpinan à yakni sejauhmana karyawan merasakan bahwa pimpinan sering memberikan pengarahan, keyakinan, perhatian serta menghargai mereka.
4.      Kerjasama kelompok kerja à yakni sejauhmana karyawan merasakan ada kerjasama yang baik di antara kelompok kerja yang ada.
5.      Kelancaran komunikasi à yakni sejauhmana karyawan merasakan adanya  komunikasi yang baik,  terbuka dan lancar, baik antara teman sekerja ataupun dengan pimpinan.
-          Jenis Kelamin
Pengetahuan bahwa “saya seorang pria” atau “saya seorang wanita” merupakan salah satu bagian inti dari identitas pribadi, dan di dalam benak kita sudah tertanam siapa itu pria dan  siapa itu wanita. Demikian pula tentang pemikiran apa kekhasan perilaku seorang pria dan seorang wanita. Pria dan wanita tidak hanya berbeda secara fisik saja, tetapi berbeda pula dari segi psikologis dan sosiologisnya.

III.             Metode Penelitian
a.       Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini dilakukan di PT. PERTAMINA UP III Plaju, Palembang. Subjek penelitian ini terdiri dari 80 orang, yang terdiri dari 40 orang pria dan 40 orang wanita, yang diambil dari populasi dengan menggunakan teknik simple random sampling.
b.      Analisis
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini meliputi variabelbebasnya adalah persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dan jeniskelamin, kemudian variabel tergantungnya adalah burnout.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Data tentang persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dikumpulkan dengan Angket Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis, yang memuat lima aspek, yaitu : struktur kerja, tanggung jawab kerja, perhatian dan dukungan pimpinan, kerjasama kelompok, dan kelancaran komunikasi. Data tentang  burnout dikumpulkan dengan Angket Burnout, yang menggunakan dimensi kelelahan fisik, dimensi kelelahan emosional, dimensi kelelahan mental, dimensi rendahnya penghargaan terhadap diri, dan dimensi depersonalisasi.
.
IV.             Hasil dan Pembahasan
a.       Hasil
Melalui teknik Korelasi Product Moment untuk hipotesis pertama, diperoleh nilai rxy= -0,2518 dengan p = 0,012 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis pertama yang berbunyi ada  hubungan negatif antara persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya dengan  burnout, dapat diterima.
Selanjutnya, dengan teknik uji-t diperoleh nilai t = 2,82 dengan p = 0,003 (p < 0,01). Oleh karena itu, hipotesis kedua yang berbunyi ada perbedaan tingkat burnout berdasarkan jenis kelamin, karyawan wanita mengalami burnout lebih tinggi dibandingkan karyawan pria, dapat diterima. 
b.      Pembahasan
Berdasarkan pengujian terhadap kedua hipotesis penelitian diperoleh hasil bahwa kedua hipotesis yang diajukan dapat diterima. Hipotesis pertama menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya dengan burnout. Hal ini berarti bahwa semakin baik persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya maka akan semakin rendah gejala burnout yang diperlihatkan oleh karyawan. Dengan demikian, kondisi lingkungan kerja psikologis yang kurang baik seperti komunikasi yang tidak baik antara karyawan dengan rekan sekerja atau pun dengan pimpinan, akan mendukung dan mempertahankan timbulnya kelelahan psikis dalam kerja, sehingga ada kemungkinan karyawan akan mudah jengkel, cemas, dan tidak berkonsentrasi pada saat melaksanakan tugas (Nitisemito, 1980).
Selanjutnya, Rosyid (1996) mengatakan bahwa burnout muncul akibat kondisi internal seseorang yang ditunjang oleh faktor-faktor lingkungan berupa tekanan yang berlarut-larut. Karyawan merasakan  burnout karena kondisi lingkungan kerja yang menyiratkan bahwa apa yang telah karyawan kerjakan itu sia-sia, tidak berguna, dan tidak dihargai serta adanya prosedur atau aturan-aturan yang kaku, tidak fleksibel sehingga karyawan merasa terjebak dalam sistem yang tidak adil. Keadaan seperti  ini dapat diketahui melalui persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya.
Karyawan yang mempunyai penilaian positif terhadap lingkungan kerja psikologisnya berarti karyawan tersebut merasa bahwa lingkungan kerja psikologisnya baik, sehingga dapat memandang kerja sebagai usaha untuk memperoleh kemajuan dan kerja keras dipandang sebagai sesuatu yang baik dan karyawan akan memiliki semangat kerja yang tinggi dan akan menghambat lajunya tingkat burnout pada karyawan.
Kemudian, hipotesis ke dua menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat burnout berdasarkan jenis kelamin, karyawan wanita mengalami burnout lebih tinggi dari pada karyawan pria. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa dinamika terjadinya  burnout tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor individual atau faktor dari dalam, seperti usia, jenis kelamin, suku, kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, minat, dan kepribadian (Rosyid, 1996).
Schultz & Schultz (1994) mengungkapkan bahwa wanita memperlihatkan frekuensi lebih besar untuk mengalami burnout daripada pria, disebabkan karena seringnya wanita mengalami kelelahan emosional. Disamping itu Davidson & Klevens juga mengatakan bahwa wanita lebih menunjukkan tingkat  burnout yang tinggi secara signifikan dengan memperhatikan konflik antara karir dan keluarga dibandingkan dengan pria (dikutip Schultz & Schultz, 1994). 
Data yang terkumpul diperoleh juga bahwa untuk  burnout diperoleh mean empirik sebesar 100,15 mean hipotetik sebesar 112,5 dan SD = 24, 89; hal ini menunjukkan bahwa  burnout pada karyawan Bagian SDM PT. PERTAMINA UP III Plaju berada pada taraf sedang, sedangkan persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya diperoleh mean empirik sebesar 129,04, mean hipotetik sebesar 100 dan SD = 11,09. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi karyawan Bagian SDM PT. PERTAMINA UP III Plaju tergolong dalam taraf sangat baik.
Sumbangan efektif persepsi terhadap burnout adalah sebesar 6,34%, sedangkan sisanya yang berkisar 93,66% adalah sumbangan dari faktor-faktor lain yang tidak menjadi sasaran penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain di luar persepsi yang juga mempunyai hubungan dengan burnout, yaitu faktor eksternal meliputi kurangnya kesempatan untuk promosi, imbalan yang diberikan tidak memenuhi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan, pekerjaan yang monoton dan faktor internal meliputi usia, harga diri, dan karakteristik kepribadian.

V.                Kesimpulan dan Saran
a.       Kesimpulan
1.      Ada hubungan yang negatif antara persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dengan burnout dan ada perbedaan tingkat  burnout  berdasarkan jenis kelamin, karyawan wanita mengalami  burnout lebih tinggi dibandingkan pria. Sumbangan efektif persepsi terhadap  burnout sebesar 6,34 %, hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor  lain di luar persepsi yang juga mempunyai hubungan dengan burnout.
2.      Hasil tambahan dari penelitian ini juga diperoleh bahwa burnout pada karyawan Bagian SDM PT. PERTAMINA UP III Plaju berada pada tingkat sedang dan persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya berada pada tingkat sangat baik.
b.      Saran
1.      Bagi pihak perusahaan.
Diharapkan agar tetap dapat mempertahankan persepsi karyawan yang positif terhadap lingkungan kerja psikologisnya dengan cara lebih memperhatikan struktur kerja karyawan, tanggung jawab kerja karyawan, kerjasama kelompok, kelancaran komunikasi antar karyawan dan terhadap pimpinan, juga pimpinan lebih memberikan perhatian dan dukungan kepada karyawan, sehingga dapat memperkecil timbulnya burnout pada karyawan.
2.      Bagi peneliti selanjutnya
Untuk peneliti yang tertarik mengetahui lebih jauh mengenai burnout, agar mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya burnout, yaitu faktor eksternal meliputi kurangnya kesempatan untuk promosi, imbalan yang diterima tidak memenuhi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan, pekerjaan yang monoton, dan faktor internal meliputi usia, harga diri, dan karakteristik kepribadian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar